TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus pada Minggu, 2 Juni 2019, memohon maaf atas nama Gereja Katolik untuk perlakuan yang kurang menyenangkan yang dialami masyarakat Roma, Italia. Ucapan itu disampaikan Paus Fransiskus menyusul ada nya percik ketegangan dengan Mengeri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini yang dikenal anti-imigran.
"Banyaknya pengalaman diskriminasi, pemisahan dan perlakuan kurang menyenangkan yang dialami oleh komunitas-komunitas Anda. Sejarah mengatakan kepada kita bahwa umat Kristen, termasuk Katolik tidak asing dengan dengan kejahatan seperti itu," kata Paus Fransiskus dalam sebuah pertemuannya dengan masyarakat Roma, Italia, di sela-sela kunjungannya ke Rumania.
Roma, Italia, adalah kota dengan etnis minoritas terbesar di Eropa. Kelompok-kelompok HAM mengatakan di kota itu sering terjadi kasus prasangka dan pengucilan sosial.
"Saya ingin minta maaf atas nama Gereja dan Tuhan. Saya meminta maaf kepada Anda semua untuk seluruh waktu yang terjadi dalam sejarah ketika ada diskriminasi, penganiayaan atau curiga kepada Anda," kata Paus Fransiskus.
Baca juga:Kunjungan Paus Fransiskus ke Rumania Diwarnai Cuaca Buruk
Paus Fransiskus mengunjungi Rumania selama tiga hari. Sumber: rferl.org
Baca juga:Aborsi, Paus Fransiskus: Tak Boleh Ada Alasan Mengambil Nyawa
Pada bulan lalu, Mendagri Salvini bereaksi keras ketika Paus Fransiskus menerima sekelompok masyarakat Roma di Vatikan. Salvini merespon hal itu dengan berulang kali mengucap janji akan menutup semua kamp-kamp pengungsian di Roma, Italia.
Dalam politik Italia, Salvini adalah Ketua Partai Lega yang beraliran kanan.
Menanggapi permohonan maaf dari Paus Fransiskus itu, masyarakat Roma bereaksi positif. Razaila Vasile Dorin, warga Roma yang seorang gypsi, mengaku tersentuh dengan pemimpin 2 miliar umat Katolik dunia itu yang meminta maaf. Sebab rasisme sebenarnya terjadi di hampir di setiap negara.
Dalam misa hari Minggu, 2 Juni 2019 di hadapan ratusan ribu masyarakat Rumania. Paus Fransiskus menyinggung tujuh uskup yang tewas dalam penjara di era komunis Rumania setelah mengalami perlakuan keras.
Para sejarawan mengatakan pada 1950-an dan awal 1960-an, separuh dari masyarakat Rumania termasuk politikus, dokter, PNS, para pemilik tanah dan pedagang dijatuhi hukuman penjara. Mereka yang dipenjara itu, ada yang meninggal di dalam bui dan kamp-kamp kerja paksa.
Banyak properti milik umat Katolik diambil oleh kediktatoran Komunis atau diberikan oleh pemerintah kepada Ortodoks yang belum dikembalikan 30 tahun setelah jatuhnya diktator Nicolae Ceausescu.