TEMPO.CO, Jakarta - Israel akan menggelar kembali pemilu setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal membentuk koalisi usai pemilu 9 April lalu.
Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Israel pemilu gagal membentuk pemerintahan.
Menurut laporan CNN, 30 Mei 2019, pemilu baru akan digelar pada 17 September, yang merupakan hasil RUU untuk membubarkan parlemen yang diperkenalkan ke Knesset (parlemen Israel) awal pekan ini.
Baca juga: Menang Pemilu, Benjamin Netanyahu Jadi Pemimpin Israel Terlama
RUU ini sudah ditinjau tiga kali tak lama setelah tengah malam waktu setempat dan disahkan oleh anggota Knesset oleh 74-45 suara, hanya beberapa saat setelah batas waktu Netanyahu untuk membentuk pemerintahan berakhir.
"Kami akan menggelar kampanye pemilihan yang tajam dan jelas yang akan membawa kami kemenangan. Kami akan menang, kami akan menang dan publik akan menang," kata Netanyahu, dikutip dari Russia Today.
Alhasil, pemungutan suara 74-45 untuk pembubaran Knesset akan membawa Israel menggelar pemilu lagi pada 17 September.
Dalam file foto 23 Juli 2018 ini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendengarkan juru bicaranya David Keyes saat ia membuka rapat kabinet mingguan di kantornya di Yerusalem. (Gali Tibbon / Pool via AP, File)
Kurang dari dua bulan setelah kemenangan Netanyahu dalam pemilihan 9 April, pemimpin terlama Israel itu mendukung langkah untuk membubarkan Knesset ke-21, sebagai upaya terakhir untuk memecah negosiasi yang menemui jalan buntu antara kedua pihak.
Pembicaraan menjadi macet karena rancangan undang-undang yang diusulkan, yang akan memaksa lebih banyak pemuda Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam militer.
Partai-partai ultra-Ortodoks menuntut perubahan pada RUU tersebut, sementara mantan Menteri Pertahanan Avigdor Liberman menginginkannya disahkan tanpa perubahan sama sekali.
Baca juga: Trump Telepon dan Tweet Netanyahu Ucapkan Selamat Menang Pemilu
Netanyahu, yang telah menangani negosiasi koalisi yang sulit di masa lalu, tidak dapat menengahi kompromi antara para pihak.
Berbicara setelah pemungutan suara Kamis pagi, Netanyahu mengecam Liberman menuduhnya tidak pernah berniat mencapai kesepakatan.
Bibi, sapaan Netanyahu, menuduh Liberman berulang kali mengajukan tuntutan baru selama negosiasi koalisi dan mengatakan Israel "diseret" kembali ke kotak suara karena "ambisi pribadi satu orang."
Partai Liberis Yisrael Beiteinu hanya memenangkan lima kursi dari 120 di Knesset, tetapi Netanyahu membutuhkan mereka untuk membangun blok koalisi dengan mayoritas pekerja. Tanpa mereka, dia hanya mendapat dukungan 60 kursi.
Baca juga: PM Israel Netanyahu Mau Caplok Tepi Barat Jika Terpilih Lagi
Dalam enam minggu yang diberikan kepada Netanyahu untuk membentuk pemerintahan baru, Perdana Menteri mengerahkan sejumlah pendekatan berbeda untuk menekan Liberman.
Partai Likud Netanyahu menyerang Liberman di media, surat kabar Israel HaYom pro-Netanyahu menyebut Liberman penipu.
Benjamin Netanyahu juga menawarkan pengulangan rancangan RUU yang berbeda dengan perubahan kecil yang dirancang untuk menengahi kebuntuan di parlemen Israel.