TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus mengatakan dia ingin berbicara langsung dengan presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa pembangunan tembok pembatas dengan Meksiko keliru.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan kebudayaan baru mempertahankan wilayah dengan membangun tembok. Kita sudah tahu, satu di Berlin, yang membawa begitu banyak sakit kepala dan sangat menderita," kata Paus Fransiskus di Vatikan, seperti dikutip dari Reuters, 29 Mei 2019.
Baca juga: Potret Kehidupan di Balik Tembok Pembatas Meksiko-AS
Paus Fransiskus juga memperingatkan Trump untuk tidak melanjutkan kebijakan memisahkan keluarga-keluarga imigran.
"Memisahkan anak-anak dari orang tua mereka melawan hukum alam, kaum Kristen ... anda tidak bisa melakukan itu. Ini kejam. Ini satu di antara kekejaman-kekejaman lain yang sangat kejam. Dan untuk mempertahankan apa? Wilayah, atau perekonomian negara atau siapa yang tahu. Sangat menyedihkan," kata Paus Fransiskus.
Baca juga: Trump Ancam Tutup Perbatasan dengan Meksiko
Saat bertemu Paus Fransiskus di Vatikan tahun 2017, presiden Trump menjelaskan pembangunan tembok pembatas di Meksiko untuk mencegah arus orang-orang yang terlibat kejahatan narkoba dan kriminal masuk ke AS. Trump menjelaskan kebijakan ini ditolak partai Demokrat di parlemen ketika membahas pendanaan.
Mengenai tudingan kelompok ultra-konservatif bahwa Paus Fransiskus membuat aliran sesat, pemimpin Gereja Katolik ini mengatakan dirinya berdoa untuk mereka.
Baca juga: Paus Fransiskus Donasikan Rp 7 Miliar untuk Imigran di Meksiko
"Saya berdoa untuk mereka karena mereka salah, dan orang yang miskin, beberapa di antara mereka sedang dimanipulasi," kata Paus Fransiskus.
Kelompok ultra-konservatif ini pada awal Mei lalu mulai mengkampanyekan desakan kepada uskup-uskup untuk mengecam Paus Fransiskus sebagai sesat atas sejumlah topik dari komuni, perceraian hingga keberagaman agama.