TEMPO.CO, Brussel – Hasil pemilihan umum Uni Eropa menunjukkan partai – partai pendukung blok dagang ini masih mendominasi perolehan suara di parlemen. Partai pro UE meraih 503 kursi dari total 751 kursi di parlemen UE.
Baca juga: Terpilih Lagi, Uni Eropa Ucapkan Selamat pada Jokowi
“Pemilu UE menunjukkan bukti nyata bahwa demokrasi di Eropa hidup dan berkembang,” kata Margaritis Schinas, kepala juru bicara dari dewan eksekutif Komisi Eropa, kepada media seperti dilansir Reuters, Senin, 27 Mei 2019. “Kelompok populis tidak memenangkan pemilu ini.”
Warga UE sepertinya memahami kondisi persaingan ketat saat ini yang melibatkan Rusia, Cina, dan Amerika Serikat. Kondisi ini memberi pesan bahwa warga UE harus bersatu untuk melindungi hak-hak para pekerja, kebebasan berpendapat, dan demokrasi.
Baca juga: Protes Kelapa Sawit, Indonesia dan Malaysia Datangi Uni Eropa
“Tingkat partisipasi meningkat menjadi 51 persen dari hanya 43 persen pada pemilu 2014,” begitu dilansir Reuters.
Kemenangan ini juga menunjukkan kepercayaan publik kepada para pemimpin UE. Apalagi kelompok nasionalis, yang cenderung anti-UE, hanya bertambah sedikit.
Deputi Perdana Menteri Italia, Matteo Salvini, kemungkinan akan mencoba membangun aliansi kanan jauh di Eropa. Dia mengatakan kemenangan partai nasionalis sekitar 34 persen akan digunakan untuk merombak aturan bujet ketat di kawasan UE dalam mengatasi krisis ekonomi.
Baca juga: Uni Eropa Bakal Denda Facebook dan Google Jika ...
“Saatnya telah tiba untuk mendiskusikan ulang secara total aturan lama yang telah melukai Eropa,” kata dia.
Salvini bakal harus menggalang dukungan dari partai nasional di berbagai negara UE, yang berjumlah 28 negara. Ini seperti Partai Reli Nasional yang dipimpin Marine Le Pen di Prancis.
Baca juga: Prabowo Sebut Kunjungan Duta Besar Uni Eropa Bahas Ekonomi
CNN melansir Lalu ada partai besutan Nigel Farage di Inggris, yaitu Partai Brexit, yang mendapat 31.7 persen suara. “Perolehan suara ini menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap partai lama di Inggris,” begitu dilansir CNN. Juga ada partai nasionalis lainnya di Polandia serta Hungaria, yang cenderung kritis terhadap blok Uni Eropa.