TEMPO.CO, Jakarta - Dua pendaki tewas di Gunung Everest setelah sekelompok orang terjebak dalam antrean menuju puncak gunung tertinggi di dunia.
Pendaki asal India, Anjali Kulkarni, 55 tahun, meninggal saat perjalanan kembali dari puncak Everest, Rabu 23 Mei 2019. Menurut anaknya, Shantanu Kulkarni, dia terjebak di antrean saat di kamp 4 yang merupakan pos terakhir menuju puncak di ketinggian delapan ribu meter.
Lalu ada pendaki asal Amerika Serikat, Donald lynn Cassh, 55 tahun, yang juga tewas pada hari yang sama, "karena sindrom ketinggian setelah menuruni puncak dan tertahan karena antrean yang panjang," kata biro perjalanan Nepal pioneer Adventure Pvt.Ltd, dikutip dari CNN, 24 Mei 2019.
Baca juga: Pendaki Asal Nepal Cetak Rekor 24 Kali Mendaki Gunung Everest
Pendaki Nirmal Purja membagikan gambar pada akun Instagram tentang keadaan jalur menuju puncak Everest yang sangat padat oleh para pendaki pada Rabu, 23 Mei 2019.
Foto yang dibagikan menunjukan tempat yang sangat terbuka pada punggungan gunung dengan jalur yang berliku dan sangat beresiko tertiup angin kencang. Daerah ini biasa disebut "zona kematian."
Nirmal menambahkan ada sekitar 320 orang dalam antrian menuju puncak gunung dengan ketinggian 8.848 meter.
Foto itu telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di puncak Himalaya, karena semakin banyak pendaki berbondong-bondong ke gunung tertinggi di dunia.
Pada ketinggian tersebut tubuh manusia dengan cepat menurun karena tidak adanya oksigen yang cukup membuat kesulitan bernapas sebelum mencapai batasnya.
Baca juga: Tim Bersih-bersih Everest Temukan 3 Ton Sampah dan Mayat
Terlepas dari meningkatnya popularitas tempat itu, kondisinya tetap ekstrem. Pada hari pendakian Purja, suhu bisa minus 25 derajat celcius di gunung.
Dikutip dari News Australia, awal bulan ini, para pejabat membersihkan sampah dari Gunung Everest dan menemukan empat mayat yang terkubur di antara sampah yang dibuang di gunung.
Tonton juga: Gunung Everest Mencair, Jasad Pendaki yang Hilang Bermunculan
Gunung Everest secara tragis telah merenggut nyawa sekitar 300 pendaki sejak upaya pertama untuk mencapai puncak pada 1921.
Diperkirakan dua pertiga dari para pendaki yang gugur tetap terkubur di salju dan es Gunung Everest, menurut laporan dari awal tahun ini.
CNN | NEWS AU | EKO WAHYUDI