TEMPO.CO, Jakarta - Iran tidak akan menyerah terhadap tekanan Amerika Serikat (AS) dan tidak akan mengabaikan tujuannya sekalipun dijatuhi bom. Pernyataan tegas itu disampaikan oleh Presiden Iran Hassan Rouhani untuk mempertegas posisi negaranya terhadap Amerika Serikat.
Hubungan Iran dan Amerika Serikat diselimuti ketegangan setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan internasional nuklir Iran yang dibuat pada 2015 pada era pemerintahan Presiden Barack Obama dengan negara kekuatan dunia lainnya. Dalam kesepakatan itu, sanksi ekonomi terhadap Iran akan dikurangi sebagai imbalan negara itu mengendalikan diri dari program nuklirnya.
Baca juga :Pentagon Diminta Tambah 5000 Tentara di Timur Tengah Hadapi Iran
"Lebih dari setahun setelah setelah penjatuhan sanksi-sanksi berat ini, masyarakat kami belum mau tunduk pada tekanan meskipun mereka menghadapi kesulitan dalam hidup mereka," kata Rouhani, seperti dikutip dari IRNA, Kamis, 23 Mei 2019, dalam peringatan perang Iran - Irak 19980 - 1988.
Baca juga:Turki Bakal Berhenti Beli Minyak Iran, Kenapa?
Kombinasi foto Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani. (AP Photo)
Reuters mewartakan Rouhani dalam pidatonya tersebut mengatakan pihaknya harus melakukan perlawanan agar musuh tahu sekalipun mereka menjatuhkan bom, anak-anak di Iran mati syahid, terluka atau menjadi tawanan, Iran tidak akan menyerah demi menjadi negara yang merdeka dan bermartabat.
Sebelumnya Panglima Militer Iran Mohammad Baqeri menyoroti bahwa Iran memenangkan perang terhadap Irak dan ini bisa menjadi sebuah pesan kalau Iran tidak akan ragu memberikan sebuah respon tegas dan melawan musuh.
Pada Minggu, 19 Mei 2019, Trump melalui kicauannya mengatakan jika Iran ingin berperang, itu sama dengan menjadi akhir bagi Iran sebagai sebuah negara. Dia pun menggertak Tehran agar tidak mengancam Amerika Serikat lagi. Trump sangat ingin Iran mau dialog menegosiasikan sebuah kesepakatan baru terkait program nuklir dan rudalnya.