TEMPO.CO, Teheran – Pemerintah Iran meminta pemerintah Amerika Serikat bersikap hormat dan tidak mengancam perang.
Baca juga: Inggris Minta Iran Tidak Remehkan Tekad Amerika
Pernyataan ini keluar sehari setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan soal adanya potensi konflik AS dan Iran.
“Jangan pernah mengancam bangsa Iran. Coba bersikap hormat --- itu bermanfaat,” kata Javad Zarif, menteri Luar Negeri Iran, lewat akun Twitter pada Senin, 20 Mei 2019.
Zarif, yang pernah menempuh pendidikan di AS, sebenarnya memuji Trump terkait cuitan sebelumnya. Dia memperingatkan Trump agar berhati-hati terhadap kelompok gari keras (hawk) di pemerintahannya, yang mendorong terjadinya konflik.
Baca juga: Menlu Inggris dan Jerman Khawatir Konflik Amerika dan Iran
“Presiden (Trump) sudah tepat mengecam kelompok ‘military-industrial complex’ yang mendorong AS untuk #PerangTerus,” kata Zarif di akun Twitternya.
Menurut dia, Trump telah membiarkan “Tim B”, yang merupakan kelompok pembantunya dan dipimpin penasehat keamanan nasional John Bolton, untuk melakukan diplomasi sampah. Zarif menuding kelompok ini memerah para pemimpin despot dengan menjual senjata dalam jumlah besar kepada mereka.
Ini tampaknya mengacu kepada penjualan senjata AS kepada Arab Saudi, yang merupakan musuh regional Iran. Saudi merupakan pembeli senjata terbesar AS.
Baca juga: Kemenhan Inggris Tanggapi Soal Ancaman Iran di Timur Tengah
Pernyataan Zarif ini menanggapi cuitan Trump pada awal pekan ini yang mengatakan jika Iran mengancam dan ingin berperang dengan AS maka itu akan menjadi akhir.
“Jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir. Jangan mengancam AS lagi,” cuit Trump.
Presiden AS Donald Trump menyampaikan sambutan dalam acara buka puasa bersama di Gedung Putih, Washington, AS, 13 Mei 2019. Dalam pernyataannya, Trump juga membahas soal serentetan serangan di tempat ibadah, salah satunya teror terhadap dua masjid di New Zealand. Selain itu, juga soal serangan bom terhadap gereja di Sri Lanka. REUTERS/Leah Millis
Telegraph melansir pemerintahan Trump menyebut Pasukan Garda Republik Islam Iran sebagai entitas teroris pada April 2019. Ini memicu retaliasi Iran yang menyebut pasukan militer AS di Suriah sebagai teroris.
Baca juga: Inggris Dukung Israel Serang Iran, Demi Melawan Agresi
Di tengah ketegangan ini, seperti dilansir Tasnim News, para ahli nuklir Iran dikabarkan mempercepat produksi uranium berkadar rendah yaitu 3.67 persen, yang cocok untuk pembangkit nuklir sipil. Menurut perjanjian nuklir 2015, Iran hanya boleh memproduksi uranium berkadar rendah ini, yang jauh dari kadar untuk senjata nuklir yaitu 90 persen.