TEMPO.CO, Jakarta - Lokasi festival dan kompetisi musik Eurovision 2019 di Tel Aviv, Israel, ternyata bekas permukiman rakyat Palestina yang terusir oleh pendudukan Israel pada 1948.
Umar al-Ghubari, pemandu wisata, mengatakan bahwa penggemar Eurovision akan merayakan di dekat tempat permukiman Palestina pra-1948 bernama al-Manshiyya yang dihancurkan 71 tahun lalu oleh Israel.
"Orang Israel tidak mau menceritakan kisah ini. Mereka ingin menunjukkan semuanya seperti biasa," kata Ghubari, dikutip dari Reuters, 19 Mei 2019.
Al-Manshiyya adalah salah satu lokasi napak tilas Hari Nakba yang diperingati pada 15 Mei, menandai bencana berdirinya Israel.
Baca juga: Irlandia Didesak Boikot Festival Musik di Israel
Sebuah acara yang diselenggarakan oleh para aktivis pro Palestina pada Sabtu pagi, sekitar 60 orang naik kapal di pelabuhan Jaffa untuk mendengar para kritikus menyuarakan oposisi terhadap pemilihan Israel sebagai lokasi pertunjukan.
Beberapa juru kampanye mengenakan kaos yang bertuliskan "Eurovision: I'm not your Toy", lakon pada lagu "Toy" oleh penyanyi Israel Netta Barzilai, yang kemenangannya pada kompetisi tahun lalu membawa final 2019 ke Israel.
Zochrot, sebuah LSM Israel yang mengadvokasi agar orang-orang Palestina memiliki hak untuk kembali ke tanah yang mereka tinggalkan atau terusir selama perang 1948-49 yang membentuk Israel. Namun Israel menolak memenuhi hak warga Palestina yang terusir.
Foto udara Eurovision Village dan Masjid Hassan Bek, Tel Aviv, Israel.[Daily Mail]
Menurut ulasan sejarah yang dikutip dari situs web Zochrot, pada pertengahan Mei 1948, pendudukan Jaffa oleh milisi Yahudi telah selesai. Hanya sekitar 4.000 orang Palestina dari lebih dari 120.000 penduduk Distrik Jaffa tetap di kota tersebut. Mereka terkonsentrasi di lingkungan Ajami, dikelilingi oleh kawat berduri, dan selama sekitar dua tahun terpaksa hidup dalam wilayah yang dikenal sebagai Gejet Ajami.
Baca juga: 9 Musisi yang Membatalkan Konser di Israel
Sebagian besar orang Palestina lainnya di Jaffa diselimuti rasa takut pemboman sampai melarikan diri ke laut, dan mengambil kapal apa pun yang dapat mereka temukan untuk mencari perlindungan demi tujuan yang tidak diketahui.
Didirikan pada tahun 1879, lingkungan Al-Manshiyya diduduki Israel bersama dengan seluruh Jaffa dan hampir semua penduduknya menjadi pengungsi. Tanah ini telah digantikan oleh Taman Seamide Charles Clade, bagian dari Kabel Pretomade Tel Aviv, Hotel, Perumahan dan Bisnis, serta daerah pariwisata dan liburan. Salah satu satu-satunya bangunan yang bertahan dari pendudukan adalah Masjid Hassan Bek.
Masjid Hassan Bek di Tel Aviv, Israel.[Middle East Monitor]
Hari ini, tidak jauh dari masjid, di taman tempat rumah-rumah Palestina dirobohkan, telah dibangun venue untuk penggemar Eurovision. Acara itu sendiri diadakan di Taman Yarkon di Tanah-Al-Shaykh Muwannis, permukimam Palestina lain yang terkena dampak aneksasi Israel dan hancur 71 tahun yang lalu.
Baca juga: Dukung Palestina, Siswa Yahudi Berlutut Saat Lagu Israel Diputar
Tetapi Israel menikmati akhir pekan mereka di Tel Aviv mengatakan mereka bangga menjadi tuan rumah acara tersebut.
"Saya sangat senang, senang bisa datang ke Tel Aviv," kata Alan Liferow, 58 tahun, seorang akuntan Israel dari Ein Sarid. "Itu menunjukkan Israel dalam cahaya yang sangat positif."
Yafa Levy, 61 tahun, dari Ramat Hasharon, mengatakan kebanyakan orang tidak peduli dengan boikot itu.
"Dengan semua yang terjadi melawan Eurovision dan Israel, pertunjukan berlanjut," katanya.
Baca juga: Sebelum Direbut Israel, Jaffa adalah Kota Jeruk Palestina
Ada kekhawatiran dari Israel terhadap serangan pada awal Mei, ketika Israel dan gerilyawan Palestina yang bermarkas di Gaza terlibat dalam pertempuran tiga hari, termasuk ratusan roket yang diluncurkan dari Gaza dan serangan udara Israel ke kantong Palestina.
Media Israel mengatakan Israel telah secara luas mengerahkan sistem pertahanan udara Iron Dome-nya sebelum kompetisi Eurovision sebagai antisipasi serangan roket dari wilayah Palestina.