TEMPO.CO, Jakarta - Media Arab Saudi melaporkan bahwa kerajaan Saudi dan sejumlah negara Teluk telah menyetujui permintaan AS untuk memindahkan militernya di perairan dan wilayah Teluk untuk menekan Iran.
Dikutip dari Al Jazeera, 19 Mei 2019, menurut laporan itu, persetujuan datang atas dasar perjanjian bilateral antara Washington dan negara-negara Teluk.
Baca juga: Iran Terancam Berperang dengan AS, Apa Reaksi Penduduk Teheran?
Motif untuk pemindahan, menurut laporan Saudi, adalah untuk mencegah Iran dari segala upaya untuk meningkatkan situasi secara militer, bukan untuk terlibat dalam perang dengannya.
Ini berawal dari keputusan Presiden AS Donald Trump tahun lalu untuk menarik AS dari perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia dan menjatuhkan sanksi yang luas.
Baca juga: Iran - AS Memanas, ExxonMobil Evakuasi Staf Asing dari Irak
Langkah itu datang bahkan ketika Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah memverifikasi bahwa Teheran telah menegakkan kewajibannya berdasarkan kesepakatan.
Sementara menteri luar negeri Iran menolak kemungkinan perang pecah di kawasan Teluk.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Teheran tidak ingin konflik dan tidak ada negara yang memiliki bayangan bisa melawan Iran.
"Tidak akan ada perang karena kita tidak menginginkan perang, atau siapapun yang membayangkan bisa melawan Iran di kawasan regional Teluk," kata Mohammad Javad Zarif kepada kantor berita IRNA, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Menlu Iran Tegaskan Tidak Ingin Perang dengan Amerika Serikat
Pekan lalu, majalah Time mengutip pejabat Pentagon yang mengatakan tidak ada rencana militer untuk menghadapi Iran.
Di pihak Iran, surat kabar The Guardian melaporkan eksklusif pada hari Kamis bahwa Teheran telah memerintahkan milisi di Timur Tengah untuk mempersiapkan perang proksi.
Hassan Rouhani mengatakan setelah 60 hari, Iran akan meningkatkan tingkat pengayaan uranium [Kantor Kepresidenan Iran / Mohammad Berno / Al Jazeera]
Wakil komandan Garda Revolusi Iran, Mohammad Saleh Jokar, mengatakan pada hari Jumat bahwa rudal negaranya dapat dengan mudah mencapai kapal perang AS yang berlabuh di Teluk dan seluruh wilayah jika terjadi perang.
Di sisi lain, seorang legislator senior Iran, Hashmatullah Falahat Pishe, menyerukan dialog Iran-Amerika di Irak atau Qatar, untuk mengurangi ketegangan dengan Washington.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Bahrain memerintahkan pada hari Sabtu semua warganya untuk segera meninggalkan Irak dan Iran. ExxonMobil juga mengevakuasi seluruh staf asing dari ladang minyak Qurna Barat, Irak, pada Jumat dan Sabtu.
Baca juga: Bahrain Minta Warganya Segera Tinggalkan Iran dan Irak
Kementerian luar negeri Bahrain membuat pengumuman melalui kantor berita yang dikelola negara, mengutip situasi yang tidak stabil di kawasan itu dan dan perkembangan besar dan ancaman yang mengancam keamanan dan stabilitas.
Pada Sabtu Presiden Hassan Rouhani mengatakan Iran tidak akan bisa ditekan ke dalam negosiasi, setelah Trump menawarkan dialog.