TEMPO.CO, Jakarta - Teheran akan memperlihatkan sikap menahan diri dari program nuklirnya meskipun Washington terus melakukan kampanye menekan Iran. Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan Amerika Serikat saat ini telah menghastu hingga menciptakan ketegangan yang tak bisa diterima negaranya.
Dikutip dari aljazeera.com, Jumat, 17 Mei 2019, Javad Zarif mengatakan pihaknya tidak sudi lagi melakukan pembicaraan dengan Washington. Namun Iran akan tetap berhati-hati dalam setiap tindakannya menyusul pengerahan peralatan militer oleh Amerika Serikat ke wilayah teluk.
Baca juga: Parlemen AS: Tidak Ada Perang dengan Iran Tanpa Seizin Kongres
“Kami sangat yakin ketegangan yang disebabkan oleh Amerika Serikat sungguh tak bisa diterima dan dicontoh. Kami telah bersikap menahan diri dari program nuklir, meskipun pada kenyataannya Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan pada Mei tahun lalu,” kata Javad Zarif, mengacu pada kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015 antara Iran dengan negara-negara kekuatan dunia.
Pada tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari kesepakatan internasional nuklir Iran. Dalam kesepakatan itu, Iran harus menahan diri dari pengembangan program nuklirnya dan sebagai imbalannya sanksi ekonomi ke negara itu akan dilonggarkan.
Baca juga: Iran Siap Melawan AS dan Sekutunya jika Berperang
Semenjak menarik diri dari kesepakatan, Washington terus menekan Teheran, diantaranya memasukkan Pasukan Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris, melakukan upaya agar ekspor minyak mentah Iran menjadi nol dan mengirimkan kapal induk Amerika Serikat serta pesawat pengebom B-52 ke teluk dengan alasan untuk menangkis ancaman.
Staf bidang Pers Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan Washington akan terus menekan Iran. Amerika Serikat sangat ingin melihat perubahan sikap dikepemimpinan Iran. Namun Sanders menolak memberikan informasi apakah Gedung Putih sudah menghubungi pemerintah Swisszerland dalam upaya membangun sebuah komunikasi dengan Teheran. Swisszerland mewakili diplomatik Amerika Serikat di Iran karena Washington tak punya kantor kedutaan di sana.