TEMPO.CO, Baghdad – Pemerintah Jerman menghentikan partisipasi dalam program pelatihan militer Irak karena meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah.
Baca:
Juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan ada potensi serangan dari kelompok yang didukung Ira.
“Namun, program pelatihan ini bisa kembali digelar di masa depan,” kata juru bicara militer Jerman seperti dilansir Sputnik News dengan mengutip Deutsche Presse-Agentur pada Rabu, 15 Mei 2019.
Baca:
Saat ini ada sekitar 160 tentara Jerman bertugas di Irak. Pengumuman dari militer Jerman ini menyusul pernyataan dari Komando Pusat AS bahwa pasukan di Irak dan Suriah diminta bersiaga menyusul adanya ancaman kredibel dari pasukan Iran di kawasan ini.
Baca:
Ketegangan antara AS dan Iran meningkat belakangan ini menyusul pengerahan kapal induk USS Abraham Lincoln, dan pesawat pengebom ke kawasan Teluk.
Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan, juga menyetujui pengerahan sistem rudal pertahanan Patriot ke kawasan Timur Tengah.
Media Israel National News melansir Trump mengatakan pada Senin bahwa Iran bakal menderita jika menyerang kepentingan AS di kawasan Teluk.
Baca:
“Kita akan lihat apa yang terjadi dengan Iran. Jika mereka melakukan sesuatu, itu akan menjadi kesalahan yang buruk. Jika mereka melakukan sesuatu, maka mereka akan sangat menderita,” kata Trump.
Secara terpisah, pemerintah Irak menyatakan akan membeli sistem rudal anti-serangan udara S-400 dari Rusia untuk memperkuat pertahanannya. Namun, Duta Besar Irak untuk Rusia, Haidar Hadi, mengatakan belum ada waktu yang jelas kapan pembelian itu akan dilakukan.