TEMPO.CO, Jakarta - Kasus warga negara Nigeria, 38 tahun, yang terserang penyakit Monkeypox atau cacar monyet di Singapura pada 9 Mei 2019, telah membuat negara tetangga waswas. Beberapa negara di kawasan Asia Tenggara mulai mempersiapkan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan penularan penyakit ini.
Wakil Menteri Kesehatan Malaysia, Lee Boon Chye mengatakan, risiko Malaysia terpapar cacar monyet atau Monkeypox cukup rendah. Kendati begitu, otoritas akan tetap waspada.
"Risiko terkena monkeypox di Malaysia cukup rendah, tetapi kami masih waspada," kata Lee saat konferensi pers di Rumah Sakit Beacon, Malaysia, 14 Mei 2019.
Baca: Pasien Penderita Monkeypox di Singapura Dalam Kondisi Stabil
Monkeypox atau Cacar Monyet. Sumber: Daily Express
Baca juga: Cacar Monyet versus Cacar Air, Apa saja Perbedaannya?
Lee mengatakan, diantara tindak pencegahan yang dilakukan pihaknya adalah meminta mereka yang datang dari wilayah Afrika tengah atau barat dan mengalami demam, ruam pada kulit atau gejala lain yang mirip dengan infeksi virus Monkeypox, harus mengunjungi rumah sakit terdekat untuk menerima perawatan.
Kementerian Kesehatan Malaysia juga akan mengambil langkah tegas kepada para kelompok yang menentang pemberian vaksin campak, gondok dan rubela atau MMR. Pihak-pihak yang melawan vaksin memiliki hak bersuara untuk meneriakkan kekhawatiran mereka. Namun diharapkan mereka tidak memberikan pesan yang salah atau membuat bingung masyarakat.
Penyakit Monkeypox biasanya menular dari pasien yang sudah terinfeksi ke orang lain melalui kontak langsung.
Penyakit Monkeypo mirip dengan cacar air, hanya saja monkeypox atau cacar monyet ukurannya lebih besar. WHO menyebut monkeypox adalah sebuah endemik di desa-desa di wilayah Afrika barat dan Afrika tengah. Monkeypox bisa disembuhkan dan proses penyembuhannya membutuhkan waktu berminggu-minggu.
THE STAR | EKO WAHYUDI