TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei meyakinkan tidak akan ada kesepakatan nuklir baru antara Iran dengan Amerika Serikat. Kedua negara juga meski sedang diselimuti ketegangan, tidak akan saling berperang secara militer.
“Tidak akan ada perang. Negara Iran telah memilih jalan melawan. Kami tidak sedang mengupayakan sebuah pertempuran dan mereka (Amerika ) pun demikian,” kata Khamenei, seperti dikutip dari rt.com, Rabu, 15 Mei 2019.
Baca: Menlu Inggris dan Jerman Khawatir Konflik Amerika dan Iran
Iranian nation’s definite option is resistance against U.S. and in this confrontation, U.S. will have to withdraw. This is not a military confrontation because no war is to happen. We don’t seek a war nor do they. They know a war wouldn’t be beneficial for them. pic.twitter.com/LVwlidej0X
— Khamenei.ir (@khamenei_ir) May 14, 2019
Menurut Khamenei, pihaknya sangat yakin Amerika Serikat pun menyadari konfrontasi militer dengan Iran bukan bagian dari kepentingan mereka. Namun dia memastikan Teheran tidak lagi sudi melakukan perundingan kesepakatan nuklir dengan Washington. Sebab Khamenei menilai negosiasi semacam itu seperti racun.
Sebelumnya pada tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menarik diri dari kesepakatan internasionl nuklir yang dibuat pada 2015 antara Iran dengan negara-negara kekuatan dunia, yakni Rusia, Cina, Amerika Serikat dan Eropa. Trump menyebut kesepakatan itu buruk dan berkeras meminta dibuat sebuah kesepakatan baru mencakup program rudal balistik Teheran.
Baca: Jadi Andalan AS Hadapi Iran, ini Kemampuan Pesawat Pengebom B-52
Program nuklir Iran menjadi kontroversi karena diduga untuk memperkaya kapasitas pengayaan uraniumnya yang bisa disalah gunakan untuk membuat sebuah bom nuklir. Kesepakatan nuklir pada 2015 memberikan kesempatan pada Iran untuk mengurangi aktivitas nuklirnya yang ditukar dengan pelonggaran sanksi terhadap negara itu.
Ketegangan Iran – Amerika Serikat semakin meningkat setelah Presiden Trump menggunakan berbagai cara untuk menekan Iran agar mau duduk bersama melakukan negosiasi. Saat ini, ekspor minyak mentah Iran menjadi target utama sanksi Amerika Serikat.