TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah drone bersenjata telah menyerang dua stasiun pengolahan minyak mentah Arab Saudi, Selasa, 14 Mei 2019 waktu setempat. Penyerangan itu terjadi dua hari setelah terjadi sabotase kapal tanker pembawa minyak dekat Uni Emirat Arab dan pernyataan Amerika Serikat yang siap menghadapi ancaman Iran.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 15 Mei 2019, dua stasiun pengolahan minyak mentah Arab Saudi yang diserang drone atau pesawat tanpa awak itu berlokasi di 320 kilometer wilayah barat ibu kota Riyadh.
Stasiun televisi Masirah di Yaman mewartakan kelompok Houthi telah melancarkan serangan drone tersebut untuk merespon agresi militer yang terus-menerus dan blokade terhadap Yaman.
Baca: Pemberontak Houthi Mulai Mundur dari Kota Pelabuhan Utama Yaman
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi sudah empat tahun terakhir memerangi kelompok Houthi. Kerajaan Arab Saudi berusaha memulihkan pengakuan internasional terhadap pemerintah Yaman saat ini setelah negara itu dikecamuk perang sipil.
Kelompok radikal Houthi telah menyerang beberapa kota di Arab Saudi dengan drone dan rudal. Namun dua sumber di pemerintah Arab Saudi mengatakan baru pertama kali ini Houthi menyerang dengan drone fasilitas milik Aramco, sebuah perusahaan minyak BUMN Arab Saudi.
Baca: Milisi Houthi Tarik Diri dari 3 Pelabuhan Utama, Yaman Sinis
Terkait serangan ini, Aramco mengatakan telah menutup sementara jalur pipa di timur-barat atau yang dikenal Petroline agar bisa dilakukan evaluasi. Jalur pipa ini umumnya menyalurkan minyak mentah dari wilayah timur Kerajaan Arab Saudi ke pelabuhan Yanbu yang ada di utara kota Bab al-Mandeb.
Kementerian Energi Arab Saudi mengatakan serangan di fasilitas pengolahan minyak mentah itu telah menimbulkan sebuah kebakaran dan kerusakan minor di sebuah stasiun pengisian bahan bakar. Namun tidak mengganggu arus keluar-masuknya produk-produk minyak mentah dan minyak tanah.
Kabar serangan terhadap fasilitas pengolahan minyak mentah Arab Saudi ini telah memicu naiknya harga minyak dunia. Minyak jenis Brent naik US$ 1,01 atau 1,4 persen dan ditutup pada angka US$ 71.24 per barel minyak.
Kabinet Arab Saudi mengatakan serangan yang terjadi pada Selasa itu adalah tindakan terorisme yang menggambarkan buruknya keamanan internasional.