TEMPO.CO, Jakarta - Pentagon mengirim empat pesawat pengebom B-52 Stratofortress ke Timur Tengah untuk merespon dugaan ancaman Iran di kawasan Teluk Persia.
Menurut laporan CBS, pesawat B-52 meninggalkan pangkalan udara Barksdale Air Force Base di Lousiana pada Kamis, 7 Mei 2019.
Menurut situs Angkatan Udara AS US Air Force, www.af.mil, yang dikutip 14 Mei 2019, B-52 adalah pesawat pengebom jarak jauh yang masuk dalam ketegori pengebom berat dan bisa melaksanakan berbagai jenis misi. B-52 mampu terbang dengan kecepatan subsonik dengan ketinggian 15.166 meter. Pesawat ini mampu membawa nuklir atau bom konvensional kendali presisi tinggi.
Baca: Gertak Iran, Pesawat Pengebom B-52 AS Terbang di Langit Teluk
Dalam konflik konvensional, B-52 dapat melakukan serangan strategis, dukungan jarak dekat, larangan udara, operasi serangan balik udara dan maritim.
Selama operasi Desert Storm, B-52 mengirim 40 persen dari semua senjata yang dijatuhkan oleh pasukan koalisi. Ini sangat efektif ketika digunakan untuk pengawasan laut, dan dapat membantu Angkatan Laut AS dalam operasi anti-kapal dan pembersihan ranjau. Dua B-52, dalam dua jam, dapat memonitor permukaan laut seluas 364.000 kilometer persegi.
Pesawat pengebom B-52 Stratofortress.[boeing.com]
Semua B-52 dapat dilengkapi dengan dua sensor penglihatan elektro-optik, inframerah yang melihat ke depan dan teropong penargetan (pod) canggih untuk meningkatkan penargetan, penilaian pertempuran, dan keselamatan penerbangan, sehingga semakin meningkatkan kemampuan tempurnya.
Pilot mengenakan kacamata penglihatan malam, atau nightvision google (NVG), untuk meningkatkan penglihatan mereka selama operasi malam hari. Kacamata penglihatan malam memberikan keamanan yang lebih besar selama operasi malam hari dengan meningkatkan kemampuan pilot untuk membersihkan medan secara visual.
Baca: AS Kirim Pesawat Pengebom B-52 untuk Mengancam Iran
B-52 ditingkatkan dari Pod Penargetan Lanjutan Litening ke Pod Penargetan Lanjutan Sniper. Pod sniper memberikan peningkatan deteksi atau identifikasi target jarak jauh dan pengawasan yang stabil terus menerus untuk semua misi, termasuk dukungan udara dekat pasukan darat.
Penargetan canggih dan teknologi pemrosesan gambar pod secara signifikan meningkatkan keefektifan tempur B-52 pada siang hari, malam hari dan kondisi cuaca di bawah serangan sasaran darat dengan berbagai senjata penahan (yaitu, bom yang dipandu laser, konvensional bom dan senjata yang dipandu GPS).
Penggunaan pengisian bahan bakar udara memberi B-52 rentang yang hanya dibatasi oleh daya tahan kru. Pesawat pengebom B-52 memiliki jangkauan jelajah lebih dari 14.080 kilometer.
B-52 Stratofortress atau biasa disebut BUFF, merupakan pembom strategis super berat yang bertugas meluncurkan bom nuklir. Dirancang oleh Boeing pada 15 April 1952, dan digunakan oleh USAF. Pesawat ini diawaki oleh 5 orang kru yang terdiri dari pilot, copilot, weapon system officer, navigator, electronic warfare officer. Kecepatan terbang dari BUFF mencapai 1.047 km/perjam, dengan radius terbang 16.232 km, di ketinggian 15 km. Seluruh jenis bom yang dimiliki oleh Amerika sanggup diangkut oleh BUFF. Ethan Miller/Getty Images
Pesawat pengebom B-52 memang pesawat generasi tua. Namun sejak enam puluh tujuh tahun setelah Angkatan Udara AS menerima B-52 terakhir dari Boeing, Angkatan Udara AS menyesuaikan pembom berat dengan mesin baru.
Menurut nationalinterest.org, Majalah Air Force dalam edisi Januari 2019 membahas tentang upaya pembaruan mesin.
Baca: AS Berencana Kirim 120 Ribu Pasukan untuk Hadapi Iran
Selain mesin baru, 76 B-52 dalam Angkatan Udara juga dapat ditingkatkan avionik, peralatan defensif, sensor dan kursi ejeksi, ungkap wartawan War Zone Joe Trevithick. Bomber yang direkayasa ulang dan ditingkatkan dapat menerima sebutan baru B-52J.
Pada tahun 2018, Angkatan Udara mengumumkan akan menghentikan 62 pembom B-1B tahun 1980-an dan 20 pembom siluman B-2 selambat-lambatnya tahun 2040-an, sementara pesawat pengebom B-52 yang diperbarui akan terus beroperasi bersama 100 pembom siluman B-21.