TEMPO.CO, Jakarta - Empat kapal tanker yang berlayar melewati Selat Hormuz diklaim disabotase pada Ahad kemarin di dekat pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab.
Satu kapal berbendera UEA dan yang lain berbendera Norwegia. Sementara dua lain adalah kapal tanker milik Arab Saudi, yang menggambarkan insiden ini sebagai ancaman bagi pasokan minyak dunia.
Tidak ada korban luka atau tewas, menurut Menteri Luar Negeri UEA, seperti dikutip dari CNN, 14 Mei 2019.
Baca: Menlu Inggris dan Jerman Khawatir Konflik Amerika dan Iran
Kementerian Luar Negeri UEA tidak merinci klaim sabotase yang, atau menerangkan indikasi siapa yang mungkin bertanggung jawab.
Namun insiden ini terjadi ketika hubungan Iran dan Amerika Serikat semakin memanas.
Ketegangan meningkat di kawasan kaya minyak dalam beberapa pekan terakhir di tengah semakin banyak aset militer Amerika Serikat yang dikerahkan ke Timur Tengah, karena memburuknya hubungan dengan Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Seyyed Abbas Mousavi mengatakan pada Senin bahwa insiden itu "mengkhawatirkan dan disesalkan," dan meminta informasi lebih lanjut tentang dugaan sabotase.
Baca: 8 Alat Tempur Amerika Serikat untuk Menekan Iran
Dia juga memperingatkan terhadap "persekongkolan para simpatisan untuk mengganggu keamanan regional" dan menyerukan negara-negara regional tetap waspada dalam menghadapi intervensi apa pun dari unsur-unsur asing.
Beberapa pejabat AS mengaku tidak memiliki informasi bagaimana kapal-kapal itu bisa rusak. Seorang pejabat AS menunjukkan kurangnya detail dari UEA dan Arab Saudi tentang bagaimana kapal-kapal itu rusak.
Dalam sebuah kicauan Twitter, Menteri Negara Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash mengatakan penyelidikan dalam insiden itu sedang berlangsung tetapi pemerintah memiliki dugaan sendiri terkait ini.
Gambar menunjukkan kerusakan pada lambung kapal tanker Norwegia Andrea Victory.[CNN]
Iran berbatasan dengan Teluk Persia (juga dikenal sebagai Teluk Arab) dan Selat Hormuz, jalur air yang secara strategis penting.
Administrasi Informasi Energi AS menyebut Selat Hormuz merupakan transit minyak paling penting di dunia, dengan sekitar 20 persen minyak yang diperdagangkan di seluruh dunia bergerak melalui selat itu, yang lebarnya sekitar 48 km.
Dikutip dari New York Times, Arab Saudi mengatakan pada Senin bahwa dua tanker minyaknya telah disabotase, dan sebuah perusahaan Norwegia melaporkan bahwa salah satu tankernya rusak di daerah yang sama, dekat Selat Hormuz. Kapal keempat yang rusak adalah milik Uni Emirat Arab.
Baca: Pangkalan Militer AS di Timur Tengah Kepung Iran
Baik Arab Saudi maupun Uni Emirat Arab tidak menyalahkan, mengumumkan bukti adanya kerusakan pada kapal mereka atau menggambarkan sifat sabotase.
Perusahaan Norwegia, Thome Group, mengatakan kapalnya telah diserang oleh benda yang tidak dikenal.
Meskipun situasinya masih suram, pertanda konflik bersenjata mengirim getaran melalui wilayah yang sudah di ambang ancaman dan serangan balasan, dan melalui ekonomi global yang sangat bergantung pada aliran bebas minyak dan gas dari teluk.
Pemerintahan Trump berpendapat bahwa Iran memobilisasi kelompok-kelompok proksi di Timur Tengah untuk menyerang pasukan Amerika sebagai tanggapan atas sanksi ekonomi Amerika yang semakin keras, meskipun belum memberikan informasi apa pun untuk mendukung kesimpulan itu.
Baca: Sanksi Diperketat AS, Hassan Rouhani Minta Semua Fraksi Bersatu
Seorang sumber senior di kementerian energi Arab Saudi mengatakan kepada CNN bahwa serangan itu sangat mengkhawatirkan karena kapal tanker itu ditargetkan di luar Selat Hormuz yang berbatasan dengan Iran. Sebelumnya Iran berulang kali mengancam menutup Selat Hormuz di tengah perang dingin dengan AS.
Salah satu dari dua kapal tanker Arab Saudi sedang dalam perjalanan melalui Selat Hormuz untuk dimuat dengan minyak mentah Saudi dari pelabuhan Ras Tanura, untuk dikirim ke pelanggan di Amerika Serikat, menurut laporan Saudi Press Agency.