"Jadi mereka secara emosional, saya rasa, akan meledak apabila tindakan militer tetap dilakukan di Afganistan," katanya kepada pers usai pertemuan Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Shanghai, Minggu (21/10). Wirajuda juga mengingatkan reaksi semacam itu tidak hanya akan terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang mayoritas pendududuknya beragama Islam lainnya. Seperti di Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, dan Banglades.
Berkaitan dengan serangan AS ke Afganistan yang berbuntut unjuk rasa anti AS, hampir setiap hari, Wirajuda menyatakan itu sebuah reaksi yang wajar. Namun dia menegaskan Indonesia tetap aman untuk dikunjungi oleh warga asing. Dia menjamin bahwa pengamanan yang dilakukan TNI dan kepolisian, khususnya di Jakarta, telah memberikan suasana yang kondusif bagi warga mancanegara.
Wirajuda mengungkapkan reaksi yang keras di Indonesia sebetulnya berasal dari kelompok Islam garis keras yang tergolong minoritas. "kebanyakan orang Indonesia adalah Islam yang moderat," kata Wirajuda, menjelaskan. Indonesia sebetulnya ingin menjadi tuan rumah yang baik bagi siapa saja yang ingin berkunjung. "Kami ingin setiap orang asing merasa aman,"tegasnya. Ketegasan pihak polisi, jelas Wirajuda, bisa dibuktikan dengan ditangkapnya sejumlah aktivis ormas Islam garis keras.
Dalam jumap pers itu, Wirajuda juga kembali menegaskan keinginan Indonesia, yang juga didukung Rusia, Cina, dan Malaysia, yang menganjurkan AS berkoordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam setiap aksinya memberantas terorisme. Dikatakannya, serangan darat AS pada Sabtu (20/10) malam, sebaiknya dilakukan secara kolektif bersama PBB dari pada dilakukan secara unilateral oleh AS dan sekutunya. "Kami concerned terhadap bertambahnya korban sipil dari rakyat Afganistan, dalam hubungan peningkatan jumlah pengungsi," kata dia.
Pemimpin APEC, termasuk Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohammad, diakhir pertemuan mencantumkan pernyataan anti terorisme pada kesimpulan pertemuan mereka. Disebutkan tragedi 11 September sebagai "Perbuatan Biadab". Namun para pemimpin APEC juga menentang aksi balas dendam AS atas serangan di New York dan Washington itu.
Pemimpin Malaysia dan Indonesia turut menandatangani pernyataan APEC untuk mengejar para teroris dan meminta agar PBB memainkan peranan penting dalam aksi itu. "Indonesia dengan kuat mengutuk terorisme, karena kepercayaan kami,terorisme bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan perdamaian," kata Wirajuda, mengakhiri pembicaraan. (Deddy Sinaga-Tempo News Room/AFP)