TEMPO.CO, Jakarta - Garda Revolusi Iran menyatakan Iran tidak akan bernegosiasi dengan Amerika Serikat. Pernyataan sepihak itu disampaikan untuk memberikan dorongan kepada Presiden Hassan Rouhani dan utusan Teheran untuk nuklir Iran terkait tawaran dialog dari Amerika Serikat.
Pernyataan posisi Garda Revolusi Iran itu tak pelak semakin memperkeruh ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat. Sebelumnya, seorang ulama senior di Iran mengatakan satu kapal Angkatan Laut Amerika Serikat bisa dihancurkan dengan satu rudal. Gertakan itu membuat Badan Maritim Amerika Serikat atau MARAD mulai waswas kalau Iran bakal menghadang kapal-kapal komersial asal Amerika Serikat termasuk kapal minyak.
Iran menyangkal telah melakukan intimidasi.
Baca: Trump Sebut Korps Garda Revolusi Iran sebagai Organisasi Teroris
Fasilitas Nuklir Iran di Isfahan.[haaretz]
Baca: Eropa Ingin Jaga Perjanjian Nuklir Iran, Tolak Perkaya Uranium
Dikutip dari reuters.com, Sabtu, 11 Mei 2019, Presiden Trump mengajak Iran berdialog tetapi saat yang sama meningkatkan tekanan ekonomi dan militer ke negara itu. Washington rencananya akan memangkas seluruh ekspor minyak mentah Iran dan menghadirkan Angkatan Laut dan Udara di kawasan Teluk.
Rencana Washington itu sudah disetujui oleh Menteri Pertahanan sementara Amerika Serikat Patrick Shanahan. Pada Jumat, 10 Mei 2019, Shanahan menerbitkan izin mengerahan rudal-rudal Patriot ke Timur Tengah.
Sedangkan Komando pusat Amerika Serikat mengkonfirmasi telah mengerahkan kapal induk Abraham Lincoln untuk menggertak Iran. Pada Kamis, 9 Mei 2019, kapal ini telah berlayar ke terusan Suez, Mesir. Dikerahkan pula jet pengebom American B-52 yang sudah tiba di sebuah pangkalan udara di Qatar.
Hubungan Amerika Serikat - Iran diselimuti ketegangan sejak Presiden Trump menarik diri dari kesepakatan internasional nuklir Iran pada 2015 lalu. Namun negara-negara kekuatan dunia mulai melonggarkan sanksi yang mencekik ekonomi Iran.