TEMPO.CO, Jakarta - Dana bantuan bagi kesehatan bagi masyarakat Gaza, Palestina, terus merosot. Kondisi ini menempatkan 1.700 warga Gaza yang menjadi korban luka akibat tembakan pasukan militer Israel, pada risiko amputasi.
Menurut Jamie McGoldrick, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk wilayah yang diduduki Palestina, dengan berkurangnya uang bantuan kesehatan yang dikirimkan melalui PBB ini, maka ribuan warga Gaza yang mengalami luka akibat serangan dalam tempo dua tahun terancam mengalami amputasi.
Catatan McGoldrick memperlihatkan saat ini ada sekitar 29 ribu masyarakat Palestina mengalami luka akibat aksi protes yang terjadi pada 2018. Dari jumlah tersebut, 7 ribu orang mengalami luka tembakan yang umumnya terkena di bagian kaki.
"Saat ini ada 1.700 orang dalam kondisi serius dan membutuhkan operasi lebih dalam agar mereka bisa berjalan lagi," kata McGoldrick, seperti dikutip dari english.alarabiya.net, Jumat, 10 Mei 2019.
Baca:Qatar Beri Bantuan ke Palestina Rp 6,8 Triliun
Warga menggotong jenazah seorang pria, Mohamad Sa'ad yang tewas akibat tertembak oleh militer Israel di perbatasan Israel-Gaza, 30 Maret 2019. Pria Palestina berumur 20 tahun tersebut tewas terkena tembakan di bagian kepala yang dilakukan oleh militer Israel di sebelah timur Kota Gaza. REUTERS/Mohammed Salem
Baca: Ramadan, Israel dan Palestina Hentikan Pertempuran di Gaza
McGoldrick mengatakan ribuan pasien tersebut mengalami luka tembak setelah ikut berunjuk rasa. Mereka saat ini sangat membutuhkan bantuan rehabilitasi dan operasi yang sangat komplek untuk rekonstruksi tulang yang masa pemulihannya membutuhkan waktu sekitar dua tahun sebelum akhirnya mereka mulai merehabilitasi diri sendiri. Apabila rangkaian prosedur tersebut dilewatkan, maka mereka terancam menghadapi amputasi.
Sepanjang 2018, total sudah dilakukan amputasi pada 120 pasien. Dari jumlah itu, sebanyak 20 pasien adalah anak-anak.
Menyusul berkurangnya dana bantuan bagi kesehatan warga Gaza, PBB saat ini membutuhkan dana sekitar US$ 20 juta atau Rp. 287 miliar. Dua lembaga PBB yang menyalurkan bantuan bagi penduduk Palestina adalah Program Pangan Dunia atau WFP dan UNRWA yang membantu masyarakat Palestina yang kehilangan tempat tinggal oleh perang Israel pada 1948.
Dengan berkurangnya pasokan dana bantuan, mengancam pula suplai makanan pada 1 juta masyarakat Palestina.
"Jika ini dihentikan (bantuan), maka mereka tidak punya alternatif pada makanan karena mereka tak punya kekuasaan," kata McGoldrick.
Sekitar 2 juta warga Palestina tinggal di Gaza, dimana perekonomian wilayah itu selama bertahun-tahun terpuruk oleh blokade Israel dan Mesir. Penderitaan mereka saat ini berlapis-lapis setelah Palestinian Authority atau PA menjatuhkan sanksi ke Gaza dan adanya pemangkasan dana bantuan dari negara-negara luar. PA adalah pesaing kelompok Hamas.