TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 200 anak di Sri Lanka kehilangan anggota keluarga mereka dan beberapa di antaranya menjadi pencari nafkah akibat teror bom bunuh diri pada Minggu Paskah.
Palang Merah Sri Lanka, SLRC, menjelaskan, anak-anak itu mendadak kehilangan anggota keluarga mereka yang menjadi sumber mata pencarian. Mereka boleh jadi tidak punya cukup uang dan tabungan untuk melanjutkan hidup secara normal kembali.
Baca: Sri Lanka Usir 200 Ulama Islam, Rombak Kebijakan Visa
Sementara lebih dari 500 orang terluka dalam ledakan bom bunuh diri pada 21 April lalu. Mereka ada yang tidak mampu untuk bekerja kemabli karena terluka, dan beberapa orang kehilangan kemampuan fisik untuk bekerja.
Palang Merah Sri Lanka telah melakukan asesmen kebutuhan dan hasilnya, memberikan pertolongan pertama psikologis bagi yang membutuhkan khususnya yang bertahan hidup, saksi, dan anggota keluarga yang telah kehilangan anggota keluarga mereka.
Baca: Ditemukan, Kamp Kelompok Teroris Sri Lanka
"Mereka berjuang menghadapi tantangan baru menyusul peristiwa ini. Dengan memberikan bantuan psikologis perdana, Palang Merah Sri Lanka bertujuan mengurangi dan untuk mendorong fungsi dan koping adaptif jangka pendek dan jangka panjang," kata Palang Merah Sri Lanka dalam pernyataannya seperti dikutip dari Colombo Gazette, 7 Mei 2019.
Teror bom bunuh diri di 3 gereja dan 3 hotel mewah di Sri Lanka pada 21 April 2019 menewaskan 257 orang dan 500 orang terluka. Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas teror bom bunuh diri itu. Sri Lanka diperingatkan untuk berhati-hati dan waspada penuh karena dugaan terjadi serangan teroris yang baru.