TEMPO.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan akan menaikkan tarif impor untuk barang dari Cina. Dia mengatakan tarif ini bakal naik dari 10 persen menjadi 25 persen.
Baca:
Baca Juga:
Trump mengatakan bakal menaikkan tarif bea masuk untuk impor barang senilai US$200 miliar atau sekitar Rp2.900 triliun. Tarif ini bakal diberlakukan mulai Jumat pekan ini.
Dia juga berjanji bakal segera menaikkan tarif bea masuk senilai US$325 atau sekitar Rp4.600 triliun menjadi sebesar 25 persen. Ini bakal membuat semua tarif impor barang dari Cina naik ke 25 persen.
Baca:
Selain berkonflik soal perdagangan, berikut ini sejumlah konflik lain antara Amerika dan Cina:
- Huawei
Amerika Serikat meminta kepada negara sekutu untuk tidak menggunakan teknologi telekomunikasi milik perusahaan telekomunikasi terbesar dunia Huawei asal Cina. Ini karena AS merasa khawatir teknologi telekomunikasi ini sudah bocor dan aksesnya dimiliki oleh intelijen Cina.
AS juga telah meminta Kanada untuk menahan Direktur Keuangan Global Huawei, Meng Wanzhou, agar ditahan di Kanada untuk diekstradisi ke AS. Meng dituding memfasilitasi pengerjaan proyek jaringan telekomunikasi di Iran oleh Huawei saat AS menerapkan sanksi ekonomi. Kasus ini masih bergulir di pengadilan Quebec, Kanada, seperti dilansir Reuters.
Baca:
- Teknologi Pertahanan
Pentagon baru saja mengirim laporan kepada Kongres AS mengenai teknologi senjata yang dikembangkan militer Cina. Militer Cina dituding melakukan praktek pencurian teknologi dengan memanfaatkan jaringan intelijennya.
"Cina menggunakan metode bervariasi untuk memperoleh teknologi militer asing dan penggunaan ganda, termasuk menyasar investasi asing secara langsung, pencurian siber, dan mengeksploitasi akses privasi bagi warga Cina untuk teknologi ini, sama halnya dengan memanfaatkan intelijennya, intrusi komputer, dan pendekatan lainnya," ujar laporan yang dimandatkan kepada Kementerian Pertahanan, seperti dikutip dari CNN News, 3 Mei 2019.
Baca:
- Laut Cina Selatan
Angkatan Laut AS berulang kali berlayar di kawasan sekitar kepulauan yang diklaim Cina sebagai wilayahnya. Pada Senin, 6 Mei 2019, dua kapal penghancur AS yaitu USS Preble dan USS Chung Hoon, melewati laut dalam jarak 12 nautical miles dari kepulauan karang Gaven dan Johnson, yang diklaim Cina sebagai wilayahnya.
“Ini untuk menantang klaim maritim berlebihan dan menjaga akses laut sesuai aturan internasional,” kata Komodor Clay Doss, juru bicara Armada ke 7 AS seperti dilansir ABC News.
Baca:
- Pangkalan Militer
Pentagon mengirim laporan ke Kongres AS, yang dirilis ke publik, bahwa militer Cina berencana membangun berbagai pangkalan militer di seluruh dunia.
Pangkalan militer ini ditujukan untuk melindungi investasi Cina yang digeber lewat Inisiatif One Belt One Road atau OBOR di berbagai negara. Saat ini, Cina baru memiliki satu pangkalan militer di negara Afrika yaitu Djibouti.
“Kemajuan proyek Cina yaitu OBOR kemungkinan bakal mendorong ekspansi pendirian pangkalan militer untuk menyediakan keamanan untuk Proyek OBOR,” begitu dilansir Aljazeera dan Channel News Asia pada 3 Mei 2019.