TEMPO.CO, Jakarta - Iran dilaporkan akan membangun kembali program nuklirnya setelah AS mengirim kapal induk USS Abraham Lincoln ke Selat Hormuz.
Menurut kantor berita IRIB yang dikelola pemerintah Iran, mengutip sumber yang dekat dengan komisi resmi yang mengawasi kesepakatan nuklir, IRIB melaporkan bahwa Presiden Hassan Rouhani akan mengumumkan Iran akan mengurangi beberapa poin komitmen berdasarkan kesepakatan pada 8 Mei, tepat satu tahun setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan AS dari kesepakatan, dikutip dari Reuters, 7 Mei 2019.
Trump kemudian menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran, termasuk ekspor minyak yang menjadi sumber pendapatan utama Iran, yang bertujuan membuat ekonomi Iran runtuh dan kelaparan.
Baca: Kapal Induk USS Abraham Lincoln ke Timur Tengah Hadapi Iran
"Republik Islam Iran, sebagai reaksi terhadap keluarnya Amerika dari perjanjian nuklir dan janji-janji buruk negara-negara Eropa dalam melaksanakan kewajiban mereka, akan memulai kembali bagian dari aktivitas nuklir yang dihentikan di bawah kerangka kerja kesepakatan nuklir," kata sumber, menurut IRIB.
Kantor berita semi-pemerintah Iran, Iranian Students News Agency (ISNA), juga melaporkan pada hari Rabu Iran akan mengumumkan tindakan balasan atas penarikan AS dari perjanjian nuklir, mengutip sumber yang akrab dengan kesepakatan ini.
Menurut laporan tersebut, beberapa pemimpin Uni Eropa secara tidak resmi diberitahu tentang keputusan Iran.
Kapal induk USS Abraham Lincoln di Samudra Atlantik selama latihan di bulan Januari 2019.[MICHAEL SINGLEY / US NAVY]
Pada Jumat, Amerika Serikat memaksa Iran agar berhenti memproduksi uranium yang diperkaya rendah dan memperluas satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklirnya.
Trump mengatakan kesepakatan nuklir Iran adalah kesalahan karena tidak menghentikan program rudal balistik Iran atau menghentikan dukungan Iran terhadap pasukan proksinya di Timur Tengah.
Baca: Iran Mulai Proses 30 Ton Adonan Kuning Uranium
Iran mengatakan pengembangan rudal balistiknya tidak ada hubungannya dengan aktivitas nuklirnya dan sifatnya sepenuhnya defensif, dan dukungannya untuk sekutu di sekitar Timur Tengah bukanlah urusan Amerika Serikat.
Di bawah kesepakatan 2015, Iran membatasi kapasitas program pengayaan uraniumnya, yang diyakini untuk mengembangkan senjata nuklir, sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi internasional.
Baca: Ini 3 Cara Iran Bertahan dari Embargo Puluhan Tahun
Pengawas nuklir AS telah berulang kali memverifikasi kepatuhan Iran terhadap perjanjian tersebut. Iran sendiri membantah mereka memiliki program pengembangan senjata nuklir.
Sementara pemerintahan Trump sekarang mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln yang membawa pesawat pembom ke Timur Tengah sebagai tanggapan atas laporan intelijen ada ancaman terhadap pasukan AS di Timur Tengah, dan ancaman Iran untuk menutup Selat Hormuz yang merupakan jalur utama pengiriman minyak dunia.