TEMPO.CO, Jakarta -Serangan teror yang terjadi di Sri Lanka pada 21 April 2019 berdampak buruk pada sektor pariwisata negara itu. Pantai-pantai sepi dan hunian kamar hotel banyak yang kosong.
"Ini pukulan telak bagi perekonomian dan industri pariwisata kami. Agar ekonomi berkembang, penting bagi sektor pariwisata kembali ke kondisi sebelum serangan terjadi," kata Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena dalam sebuah wawancara Sabtu, 6 Mei 2019.
Sektor pariwisata Sri Lanka saat ini terseok-seok menyusul banyaknya pembatalan yang dilakukan para pelancong yang awalnya ingin berwisata ke Sri Lanka. Pariwisata Sri Lanka menyumbang lima persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) US$ 4,4 miliar atau sekitar Rp 63 triliun.
Pariwisata Sri Lanka semakin terpuruk setelah muncul kekhawatiran akan adanya serangan susulan. Walhasil, banyak turis membatalkan pemesanan hotel dan penerbangan mereka ke negara itu.
Baca: Sri Lanka Usir 200 Ulama Islam, Rombak Kebijakan Visa
Pantai-pantai di Sri Lanka sepi dan hunian kamar hotel banyak yang kosong. Sumber: Reuters
Menurut lembaga konsultan biro perjalanan, ForwardKeys, pemesanan hotel di penjuru Sri Lanka turun hingga 186 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan hanya dalam tempo seminggu setelah serangan teror di tiga gereja dan tiga hotel bintang lima terjadi.
"Tingkat pembatalan di hotel-hotel seluruh Sri Lanka rata-rata 70 persen, dimana bu kota Kolombo mengalami dampak terbesar," kata Kepala Biro Pariwisata Sri Lanka, Kishu Gomes.
Baca: Sri Lanka Temukan Tempat Diduga Kamp Pelatihan Militan Radikal
Gomes mengatakan sejumlah maskapai penerbangan menghentikan penerbangan rutinnya ke Sri Lanka karena turunnya jumlah penumpang. Kondisi ini adalah hal yang sangat meresahkan bagi pariwisata negara itu.
Bisnis resor hotel mewah di tepi pantai terus menghadapi kerugian. Salah satu Manajer Hotel di Bentota, Sri Lanka, Samanmali Collone, tingkat hunian anjlok semenjak serangan terorisme. Kamar hotel yang sebelumnya telah penuh dipesan, tetapi ketika berita pemboman pada Minggu Paskah muncul, mendadak semua pesanan dibatalkan.
"Tidak ada pemesanan kamar untuk minggu ini, bulan depan, bahkan sampai Oktober nanti, mereka semua membatalkan," ujar Collone.
Menurutnya, jika kondisi tidak lekas membaik, maka pihak hotel tempatnya bekerja terpaksa melakukan PHK. Terpuruknya pariwisata Sri Lanka kali ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.
Industri pariwisata Sri Lanka mulai meroket menyusul berakhirnya perang sipil dengan kelompok radikal Tamil pada 2009. Wisata pantai Sri Lanka yang membentang 1.600 kilometer adalah sektor terbesar ketiga dan paling tumbuh signifikan pada tahun lalu.
REUTERS | EKO WAHYUDI