TEMPO.CO, Dhaka – Badai Fani melanda India dan menewaskan sedikitnya 12 orang di negara bagian Odisha, India, di sebelah timur.
Baca:
Badai yang muncul tiap lima tahun ini lalu berhembus terus ke arah timur memasuki Banglades pada Sabtu, 4 Mei 2019. Badai ini menimbulkan korban jiwa lima orang dan jutaan orang mengungsi di Banglades.
“Ketakutan atas bencana besar akibat badai Fani telah menyusut,” kata Shamsuddin Ahmed, direktur Departemen Meteorologi Bangladesh, seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 4 Mei 2019.
Baca:
Badai tropis Fani, yang tiba di India pada awal Jumat, telah kehilangan sebagian kekuatannya menurut Departemen Meteorologi India pada Sabtu.
Namun, badai ini tetap menimbulkan banjir yang mengenai belasan desa di kawasan rendah di Bangladesh.
Badai ini tlah menghancurkan sejumlah rumah di distrik Noakhali, yang menewaskan seorang balita dan gadis cilik berusia 12 tahun. Sekitar 30 orang terluka akibat bencana ini menurut pejabat setempat.
Baca:
Secara umum, otoritas Bangladesh mengatakan sekitar seribu rumah rusak, dengan lima orang tewas dan 63 orang terluka.
Di India, otoritas sedang menghitung kerusakan akibat badai Fani. Badai ini mulai berkumpul di kawasan utara di Teluk Bengal sebelum mengenai daerah Odisha.
Menurut otoritas India, mayoritas korban tewas diakibatkan oleh pohon tumbang. Namun, pengungsian massal yang dilakukan sebelum badai ini tiba telah berhasil mengurangi jumlah korban jiwa.
Kota tepi pantai Puri, yang dilewati badai ini, mengalami kerusakan besar akibat hembusan angin berkecepatan 200 kilometer per jam. Angin merusak jaringan listrik, mencabut pohon, dan merusak atap rumah.
Baca:
"Kerusakannya tidak bisa dibayangkan, Puri rusak berat,” kata Bishnupada Sethi, komisioner penanggulanan bencana khusus Odisha, kepada Reuters.
Aljazeera melansir badai Fani pernah menyebabkan kerusakan parah dan korban tewas sebanyak sekitar sepuluh ribu orang pada 20 tahun di negara bagian Odisha. Setelah menghantam pada Jumat, Departemen Meteorologi India menyebut badai ini diturunkan statusnya menjadi ‘deep depression’ sebelum memasuki kawasan Bangladesh.