TEMPO.CO, Johor Bahru – Sultan Johor, Ibrahim Iskandar, bersedia mengembalikan lahan di kawasan Bukit Chagar kepada pemerintahan PM Malaysia, Mahathir Mohamad. Pemerintah federal bakal menggunakan lahan itu untuk pembangunan jalur rapid transit system antara Johor Bahru --- Singapura.
Baca:
Sekretaris sultan yaitu Jaba M. Noah mengatakan ini dalam pernyataan yang dirilis pada Sabtu, 4 Mei 2019.
“Sultan Ibrahim mengatakan jika benar lahan miliknya di kawasan Bukit Chagar bakal digunakan untuk proyek RTS, dia bersedia menyerahkan lahan itu kepada pemerintah tanpa biaya,” kata Jaba dalam pernyataan di akun Facebook seperti dilansir Channel News Asia pada Sabtu, 4 Mei 2019.
Baca:
Pernyataan ini muncul sehari setelah Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengatakan pemerintah federal akan mengambil alih lahan untuk proyek RTS jika kepemilikan lahan itu telah dialihkan kepada sultan.
Menurut pernyataan Jaba, sultan menginginkan proyek ini segera rampung karena dia memahami penderitaan warga Johor akibat kemacetan lalu lintas saat berpergian bolak-balik ke Singapura.
Baca:
Jaba juga menyatakan sultan merasa kecewa atas berita yang menyatakan kenaikan biaya proyek RTS ini terkait harga tanah miliknya di kawasan Bukit Chagar.
Hingga kini, menurut Jaba, sultan belum pernah diberitahu bahwa tanah miliknya bakal digunakan utuk proyek RTS ini.
Sebelumnya, media melaporkan satu dari lima lahan untuk pembangunan jalur RTS telah diambilalih kepemilikannya oleh Sultan Johor.
Soal ini, Mahathir mengatakan pemerintah akan membayar lahan itu jika sultan membelinya. “Tapi jika dia belum membayarnya maka kami tidak akan membelinya,” kata Mahathir.
Baca:
Media Star melansir kepemilikan lahan federal ini dialihkan ke sultan pada masa pemerintahan Koalisi Barisan Nasional yang dipimpin PM Najib Razak.
Lahan ini memiliki luas sekitar 4.5 hektar dan merupakan bentuk pembayaran atas pembangunan kompleks kantor imigrasi Johor Bahru pada 2012. Nilai lahan ini sekitar 495 juta ringgit atau sekitar Rp1.7 triliun.
Soal pembangunan proyek RTS ini sendiri, Mahathir mengatakan jalur kereta api itu belum tentu bisa mengatasi kemacetan lalu lintas. Ini karena moda transportasi ini tidak bisa mengangkut semua penumpang yang kerap berpergian ke Singapura. Menurut kalkulasi, moda ini mampu mengangkut sekitar sepuluh ribu orang per jam ke Singapura dan sebaliknya.