TEMPO.CO, Jakarta - Pihak Korea Utara menembakkan sejumlah proyektil jarak pendek dari kawasan pantai timur kota Wonsan pada hari ini, 4 Mei 2019 jam 9 pagi waktu setempat. Proyektil ini terbang sekitar 70 sampai 200 kilometer ke arah utara-timur.
Kantor Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam pernyataannya meenjelaskan tentang penembakan proyektil jarak pendek oleh Korea Utara kepada media, seperti dikutip dari Reuters.
Baca: Duta Besar Korea Utara Menghilang Setelah Ajukan Suaka Politik
Menurut sejumlah ahli benda yang diluncurkan bukan proyektil, tapi beberapa peluncur roket. Namun militer Korea Selatan mengatakan benda yang diluncurkan Korea Utara adalah rudal, bukan proyektil. Begitupun, militer Korea Selatan tengah melakukan analisa bersama dengan Amerika Serikat tentang peluncuran terbaru itu.
Sejumlah analis menduga Korea Utara berusaha memperkuat tekanan kepada Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un gagal mencapai kesepakatan tentang denuklirisasi dalam KTT di Hanoi, Vietnam Februari lalu.
Baca: Putin Sebut Kim Jong Un Butuh Jaminan Keamanan Internasional
"Ini mengekpresikan Korea Utara frustasi atas pembicaraan yang terhenti dengan Amerika Serikat. Ini merupakan pesan bahwa hal ini dapat kembali ke situasi konfrontasi sebelumnya jika tidak ada terobosan untuk mengatasi kebuntuan," kata Yang UK, peneliti senior di Forum Korea Defence and Security.
Gedung Putih menjelaskan, pihaknya mengetahui aksi Korea Utara dan akan melanjutkan pemantauan seperlunya.
Baca: Kim Jong Un dan Vladimir Putin Bertemu, Membahas Apa?
Kantor Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengemukakan, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sepakat untuk merespons dengan hati-hati tindakan Korea Utara yang menembakkan proyektil dan melanjutkan komunikasi lewat telepon pada hari Sabtu, 4 Mei 2019.