TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi teroris ISIS diduga mendanai teror bom bunuh diri di Sri Lanka pada Minggu Paskah, 21 April 2019 dengan mendonasikan Bitcoin.
Whitestream, perusahaan intelijen blockchain telah mengklaim ISIS menggunakan platform CoinPayments untuk mengkonversi mata uang cryptocurrency menjadi dollar sebelum terjadi serangan di Sri Lanka.
Baca: Pemimpin ISIS Baghdadi Muncul di Video Puji Teror Sri Lanka
Whitestream menemukan gelombang transfer ke dompet Bitcoin yang dd=iduga digunakan ISIS sehari sebelum terjadi serangkaian bom bunuh diri. Teror ini menewaskan sekitar 250 orang adan melukai lebih dari 500 orang.
Selama investigasi berlangsung, Whitestream menemukan transaksi Bitcoin oleh CoinPayment meningkat ratusan persen pada 20 April 2019. Saldo meningkat dari US$500 ribu menjadi US$ 4.5 juta pada 20 April 2019. Pada Minggu Paskah, saldo kembali ke jumlah awal, yakni sembilan bulan lalu.
Baca: ISIS Klaim Serangan Teror Bom di Sri Lanka
"Dalam dua tahun terakhir, ISIS telah menggelar kampanye penggalangan dana besar-besaran untuk meningkatkan donasi Bitcoin," ujar Whitestream, seperti dikutip dari Mirror, 2 Mei 2019.
CoinPayment, menurut Whitestream mengakui terjadi transaksi namun membantah terkait dengan ISIS. Namun perusahaan ini diduga tidak mengetahui karena ISIS menggunakan perusahaan-perusahaan lain untuk mentransfer uang tersebut.
Baca: Teroris di Sri Lanka Orang Terdidik Kuliah di Inggris, Australia
Ini bukan pertama kali CoinPayment dikaitkan dengan organisasi teroris. Februari lalu, Hamas juga menggunakan donasi mereka dalam bentuk Bitcoin kemungkinan untuk dikonversi dari mata uang biasa.
Whitestream bekerja sama dengan Dewan Nasional Pemberantasan Pendanaan Teroris Kementerian Pertahanan Israel meminta transfer dana ISIS digagalkan atau dihentikan.
ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas rangkaian teror bom di Sri Lanka berlokasi di 3 gereja dan 4 hotel pada Minggu Paskah. Puluhan tersangka telah ditangkap untuk menjalani pemeriksaan.