TEMPO.CO, Jakarta - Penyelidik anti perdagangan manusia Rumania mengatakan, Inggris menjadi pasar perbudakan seks terbesar di Eropa. Hal itu didasarkan pada temuan ribuan remaja Rumania diperdagangkan di Inggris sebagai budak seks.
Menurut Iana Matei, pendiri Reaching out Romania yang memerangi perdagangan manusia, remaja putri berusia 10 hingga 11 tahun diekspor ke negara-negara Eropa termasuk Inggris antara lain oleh orang tua mereka.
Baca: Perbudakan Seks, Jepang Protes Kaisar Akihito Disuruh Minta Maaf
Unseen UK, sebuah lembaga amal yang menyediakan hotline bagi para korban perbudakan modern memperkirakan sekitar 1.200 warga Rumania menjadi budak seks di Inggris.
Badan negara anti perdagangan manusia Rumania, ANITP menjelaskan, Inggris telah mengambil alih posisi Jerman pada tahun 2018 sebagai negara tujuan utama untuk perdagangan manusia sebagai budak seks.
Baca: Pengakuan seorang budak seks: Berkelana selama 10 tahun untuk melayani geng-geng kriminal
Juru bicara ANITP, Mihai Serban mengatakan, Inggris baru-baru ini berada di posisi puncak negara Eropa untuk kegiatan ilegal perdagangan manusia. Ada 114 korban teridentifikasi sebagai korban perdagangan seks di negara itu.
Penyebab banyaknya orang muda Rumania terlibat perdagangan manusia, menurut Matei adalah kemiskinan dan pengangguran di area pinggiran kota. Sebanyak lebih dari 70 persen rakyat Rumania di pedesaan hidup dalam kemiskinan.
Baca: Jepang Didesak Minta Maaf Atas Perbudakan Seks
Dipicu lagi ketika Rumania bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2007. Harapan warga Rumania begitu tinggi untuk menjadikannya sebagai alat untuk memerangi kemiskinan.
Yang memprihatinkan menurut Matei adalah lemahnya dukungan bagi para korban yang dijadikan budak seks. Bahkan sejumlah pejabat menutup mata mereka dan bahkan menerima suap sehingga mempersulit upaya menyelesaikan masalah perdagangan manusia dan perbudakan seks.
Negara-negara Barat diminta untuk ikut memikul tanggung jawab atas maraknya perdagangan manusia Rumania untuk dijadikan budak seks. Mengapa? Karena permintaan berasal dari Eropa