TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Cambridge pada Selasa, 30 April 2019, mengumumkan akan melakukan investigasi sejarah kampus itu dengan perbudakan.
Dua proyek akan dijalankan lewat cara-cara yang sepatutnya agar masyarakat bisa mengetahui adakah keterkaitan perbudakan di kampus itu dan bagaimana mengatasi dampaknya.
Dikutip dari english.alarabiya.net, Rabu, 1 Mei 2019, investigasi ini digagas oleh Wakil Rektor bernama Stephen J Toope yang bergelar profesor. Dua proyek investigasi ini akan dilakukan oleh dua doktor bidang penelitian dan diawasi oleh sebuah dewan penasehat.
"Ada rasa penasaran publik yang besar dan kepentingan akademik untuk mengetahui keterkaitan universitas-universitas tertua di Inggris dengan perbudakan," kata Toope.
Menurut Toope, pihaknya tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi tidak pula bisa menutupi kenyataan masa lalu itu. Universitas Cambrige sendirilah yang harus memaparkan keuntungan dari kerja paksa selama masa penjajahan terjadi.
Baca: Universitas Cambridge Minta Maaf pada Akademisi Palestina
Gedung Universitas Cambridge, Inggris. Sumber: Wikipedia
Baca: Mahasiswa Universitas Cambridge Adukan Pelecehan Seksual Serius
Salah satu anggota dewan panel, Martin Millett mengatakan pembuktian kasus ini diantaranya dengan mempelajari lebih dalam aset yang masih ada di kampus, menggali data di perpustakaan dan museum.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah universitas di Inggris dan Amerika Serikat menghadapi protes dari sejumlah mahasiswa dan mahasiswi terkait masa lalu kampus-kampus tersebut.
Sebelumnya pada 2016, Universitas Cambridge mengeluarkan sebuah patung perunggu dari aula utama, yang ternyata patung curian bersama artefak dari Benin, sebuah Kerajaan Afrika Barat pada abad ke-19. Tak lama berselang, Universitas Oxford diprotes agar mencabut patung Cecil Rhodes, seorang imperialis Inggris abad ke-19. Namun protes itu tidak membuahkan hasil.