TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pria dilaporkan disiksa dan dieksekusi mati di Arab Saudi karena mengirim pesan WhatsApp ketika dia berusia 16 tahun.
Abdulkarim al-Hawaj, 21 tahun, divonis sebagai teroris karena berkomunikasi dengan orang lain tentang protes anti-pemerintah di negara Arab yang represif, seperti dikutip dari Mirror.co.uk, 29 April 2019.
Dia diduga dirantai, dipukuli dan disetrum sebelum dipaksa mengaku, menurut kelompok HAM Reprieve.
Amnesty International menyebut persidangannya sebuah sandiwara. Amnesty International mengatakan bahwa ia ditolak perwakilan hukumnya dan dipaksa untuk mengaku.
Baca: Terpidana Arab Saudi Diduga Disiksa Sebelum Dieksekusi Mati
Baca Juga:
Amnesty International menambahkan bahwa dia telah diberitahu bahwa keluarganya akan dibunuh jika dia tidak mengakui kesalahannya.
Abdulkarim al-Hawaj adalah satu dari 37 orang yang dihukum mati di Arab Saudi pada hari Selasa kemarin, menambah daftar jumlah eksekusi di Arab Saudi tahun ini menjadi 105.
Salah satu dari pria yang dieksekusi pekan lalu disalib usai dieksekusi mati.
Kantor berita Arab Saudi mengatakan bahwa orang-orang itu telah dihukum karena tuduhan terorisme, meskipun Amnesty International mengklaim bahwa 11 dari mereka dihukum karena memata-matai untuk Iran.
Al-Hawaj, seperti mayoritas orang yang dieksekusi pekan lalu, adalah anggota minoritas Syiah di negara yang didominasi Sunni.
Baca: Eksekusi Mati Tuti Tursilawati Tanpa Notifikasi, Ini Alasannya
The Sun melaporkan bahwa Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet mengatakan, "Sangat membenci ketika mengetahui bahwa tiga dari mereka yang tewas adalah anak di bawah umur pada saat hukuman mereka."
Bachelet meminta rezim Arab Saudi untuk menghentikan hukuman mati lebih lanjut, termasuk eksekusi tiga terpidana mati Ali al-Nimr, Adawood al-Marhoon dan Abdullah al-Zaher.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam Amerika Serikat karena diam atas eksekusi Arab Saudi.
"Setelah mengedipkan mata pada pembongkaran seorang jurnalis (Jamal Khashoggi), bahkan tidak ada satu bisikan pun dari pemerintahan Trump ketika Arab Saudi memenggal 37 orang dalam satu hari," kata Zarif.
Baca: 2 WNI Lolos Hukuman Mati, Masih Ada 11 Terancam di Arab Saudi
Menurut laporan eksklusif CNN yang dikutip pada 26 April 2019, sebuah dokumen yang ditulis interogator Arab Saudi mengungkapkan beberapa terpidana mati disiksa agar mengaku sebelum dieksekusi mati. Beberapa terpidana bahkan sempat mengajukan banding atas vonis mereka.
CNN telah memperoleh ratusan halaman dokumen dari tiga persidangan 2016 yang melibatkan 25 orang yang eksekusi mereka diumumkan minggu ini.
Sebelas orang dinyatakan bersalah memata-matai atas nama Iran, musuh bebuyutan Arab Saudi. 14 lainnya dieksekusi mati karena membentuk "sel teror" selama protes anti-pemerintah Arab Saudi di Kota Awamiya yang sebagian besar Syiah pada tahun 2011 dan 2012.