TEMPO.CO, Kolombo – Serangan teror bom di Sri Lanka pada sepekan lalu berdampak langsung pada perekonomian khususnya di sektor pariwisata.
Baca:
Sejumlah turis membatalkan pemesanan kamar hotel pasca serangan yang menyasar empat hotel di negara itu.
Sanath Ukwatte, ketua dari Mount Lavinia Hotel di Kolombo, mengatakan terjadi pembatalan pesanan kamar hotel sebanyak 30 persen.
Sejumlah turis juga langsung memesan tiket pesawat pulang dari Sri Lanka pasca serangan yang terjadi pada Hari Paskah pada Ahad, 21 April 2019. Serangan itu menewaskan 253 orang.
Baca:
Sekitar 40 turis tewas akibat serangan ini. Mereka tewas setelah hotel tempat mereka menginap menjadi sasaran penyerangan. Sedangkan sekitar 500 orang terluka akibat serangan ini.
“Kami memperkirakan ada penurunan 30 persen kedatangan turis,” kata Mangala Samaraweera, menteri Keuangan Sri Lanka, seperti dilansir Channel News Asia pada Ahad, 28 April 2019.
Menurut Samaraweera, ini setara dengan kehilangan potensi pendapatan sebanyak sekitar US$1.5 miliar atau sekitar Rp21.3 triliun.
Baca:
Menurut Ruchir Desai, seorang analis investasi senior dengan Asia Frontier Capital di Hong Kong, serangan teroris ini bakal berdampak bagi Sri Lanka pada tahun depan.
“Melihat serangan ini, saya berpendapat masih akan berdampak negatif bagi industri,” kata dia. Desai meyakini industri pariwisata bakal kembali pulih. “Tapi ini tergantung apda langkah pemerintah untuk meningkatkan stablitas.
Baca:
Serangan teror bom di Sri Lanka ini, seperti dilansir Reuters, menyasar empat hotel, tiga gereja dan satu rumah. Ada sembilan orang yang diduga terlibat dalam serangan bom bunuh diri. Pemerintah Sri Lanka telah melarang dua organisasi berbasis Islam yaitu National Thawheedh Jamaath dan Jamathei Millathu Ibrahim.