TEMPO.CO, Kolombo – Kepala polisi nasional Sri Lanka dikabarkan menolak permintaan Presiden Maithripala Sirisena untuk mengundurkan diri pasca serangan bom pada pekan lalu.
Baca:
Sri Lanka Larang Dua Ormas Pasca Serangan Teror Bom
Penolakan ini memperdalam konflik di pucuk pemerintahan Sri Lanka.
“Dia menolak mengundurkan diri meskipun Presiden memintanya mundur,” kata salah satu pejabat Sri Lanka seperti dilansir Reuters pada Sabtu, 27 April 2019.
Serangan teror bom di Sri Lanka menewaskan setidaknya 250 orang dan melukai sekitar 500 orang. Sekitar 40 warga asing juga tewas. Mereka berasal dari berbagai negara seperti AS, Inggris, Belanda, Turki, Cina, dan Denmark.
Baca : 140 Tersangka Jaringan ISIS Beroperasi di Sri Lanka
Sirisena menghadapi kritik atas kegagalan otoritas keamanan untuk menggagalkan serangan teror itu. Dia menyalahkan kegagalan ini kepada Kepala Polisi Inspektur Jenderal Pujith Jayasundara dan Menteri Pertahanan Hemesiri Fernando. Fernando telah mengundurkan diri pada pekan lalu sebagai bentuk pertanggung-jawaban atas kegagalan aparat keamanan mencegah serangan teror itu.
Serangan bom ini juga membuka konflik yang terjadi antara Presiden dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe. “Keduanya mengaku tidak mendapatkan laporan soal informasi intelijen dari lembaga intelijen India soal bakal adanya serangan teroris ini,” begitu dilansir Reuters.
Baca: Kisah Pahlawan Menyelamatkan 450 Jiwa dari Teror Bom di Sri Lanka
India dikabarkan telah menginformasikan bakal adanya serangan teror ini sekitar sepuluh hari sebelum terjadinya serangan di ibu kota Kolombo pada Ahad, 21 April 2019. Laporan intelijen itu juga menyebut kantor kedubes India termasuk dalam target serangan meskipun ini tidak terjadi.
Reuters melansir Jayasundara merupakan pejabat yang dipilih oleh Wickremesinghe, yang berkonflik politik dengan Sirisena. “Presiden masih mengharapkan kepala polisi menyerahkan surat pengunduran diri,” kata dua sumber Reuters.
Presiden Sri Lanka, Maithripala Sirisena
Soal ini, Jayasundara belum memberikan konfirmasi meskipun telah coba dihubungi media. Dia masih bekerja meskipun tidak datang ke kantor pada Sabtu kemarin.
Baca: Peringatan Dini Teror Sri Lanka dari Pengakuan Tersangka ISIS
Media News melansir salah satu pelaku bom bunuh diri pernah kuliah di Australia untuk program pasca sarjana. Saat ini, polisi Sri Lanka telah menahan sekitar seratus orang yang diduga terlibat serangan itu. Dua organisasi masyarakat juga telah dilarang yaitu National Thawheedh Jamaath dan Jamathei Millathu Ibrahim.