TEMPO.CO, Jakarta - Para pejabat Sri Lanka merevisi jumlah korban tewas menjadi sekitar 250 orang dari sebelumnya sempat dilaporkan mencapai 359 orang tewas.
Menurut pejabat Sri Lanka, pihaknya kesulitan mengidentifikasi jasad korban di lokasi pengeboman di 4 gereja dan 3 hotel pada hari Minggu, 21 April 2019.
Baca: Teroris di Sri Lanka Orang Terdidik Kuliah di Inggris, Australia
Wakil Menteri Pertahanan, Ruwan Wijewardene mengatakan jumlah terbaru korban tewas sebanyak 253 orang dari sebelumnya 359 orang. Dia menyalahkan ketidakakuran data yang disediakan pihak kamar mayat.
Direktur jenderal pelayanan kesehatan, Anil Jasinghe mengatakan jumlah korban tewas berkisar 250 hingga 260 orang.
"Begitu banyak potongan tubuh dan itu sulit unuk membuat jumlah yang tepat," kata Anil.
Baca: Presiden Sri Lanka Minta Menhan dan Kepala Polisi Mundur
Intelijen Sri Lanka dituding sengaja mengabaikan tentang ancaman teror bom yang disampaikan intelijen India 10 hari sebelum teror mematikan itu terjadi. Presiden Sri Lanka meminta kepala kepolisian dan menteri pertahanan untuk mundur dari jabatannya.
ISIS mengklaim bertanggung jawab atas teror berdarah di Sri Lanka pada hari Minggu Paskah pekan lalu. ISIS melalui media propagandanya, Amaq, menayangkan foto delapan pelaku teror dan menyebut teror ini sebagai balasan atas teror berdarah di 2 masjid di Christchurch, Selandia Baru pada 15 Maret 2019.