TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan pengungsi muslim di Negomo, Sri Langka melarikan diri menyusul ketegangan yang menyelimuti negara itu dalam beberapa hari terakhir. Pada Rabu, 24 april 2019, ratusan pengungsi muslim asal Pakistan juga meninggalkan pelabuhan multi-etnis yang terletak satu jam di utara ibu kota, Kolombo, Sri Lanka.
Mereka yang melarikan diri memenuhi bus-bus yang diorganisir oleh para pemimpin masyarakat dan polisi. Mereka yang pergi mengungsi karena khawatir akan keselamatan mereka setelah ancaman balas dendam dari masyarakat setempat.
“Karena serangkaian ledakan bom yang telah terjadi di sini, masyarakat Sri Lanka telah menyerang rumah-rumah kami. Saat ini, kami tak tahu kemana harus berlindung,” kata Adnan Ali, salah satu warga yang mengungsi, seperti dikutip dari reuters.com, Kamis, 25 April 2019.
Baca: Buru Pelaku Teror Sri Lanka: Anak Pengusaha Hingga Sel Keluarga
Kelompok radikal Islamic State atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di tiga gereja dan tiga hotel di sejumlah kota di Sri Langka pada Minggu, 21 April 2019 atau saat hari Paskah. Para pengungsi yang sebagian besar pemeluk Islam banyak yang berlindung di wilayah Negombo, Sri Lanka.
Baca: Dua Bersaudara Anak Pengusaha Kaya Ledakkan Bom di Sri Lanka
“Orang meneriaki kami agar keluar dari sini dan pergi kemana saja, tetapi jangan tinggal di sini,” kata Farah Jameel, yang diusir oleh pemilik kontrakannya.
Mereka yang terusir, banyak yang berkumpul di masjid menunggu bus yang akan menjemput mereka ke sebuah lokasi yang aman.
Pemerintah Sri Lanka sedang disorot karena dianggap gagal mencegah terjadinya serangan teror pada 21 April lalu. Kepolisian dilaporkan telah menahan sejumlah orang di wilayah barat Sri Lanka dan menggeledah wilayah yang bertetangga dengan gereja St Sebastian, yang remuk di bom.