TEMPO.CO, Jakarta - ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di 3 gereja dan 3 hotel pada Minggu Paskah, 21 April 2019 di Sri Lanka. Sedikitnya 321 orang tewas dan 500 orang terluka, termasuk warga negara asing.
"Penyerang yang menyasar warga anggota negara koalisi dan Kristen di Sri Lanka dua hari lalu adalah milisi ISIS," kata ISIS dalam pernyataannya di Amaq, media pendukung ISIS.
Baca: Sri Lanka Bakal Usut Kegagalan Intelijen Cegah Teror Bom
Mengutip CNN, pernyataan ISIS tersebut tidak disertai bukti pendukung atas klaimnya. Selain itu tidak ada bukti langsung bahwa ISIS terlibat. Bahkan beberapa klaim ISIS terhadap peristiwa serangan di masa lalu ternyata tidak benar.
Di Selandia Baru, Kantor Perdana Menteri Jacinda Ardern mengemukakan pihaknya belum melihat ada kaitan teror bom di Sri Lanka dengan teror di 2 masjid di Christchurch pada 15 Maret 2019.
Baca: Siapa Mengebom Hotel dan Gereja di Sri Lanka?
"Kami paham investigasi Sri Lanka dalam penyerangan ini dalam tahap awal. Selandai Baru belum melihat intelijen menjadi dasar penilaian," kata kantor Jacinda Ardern, seperti dikutip dari Sputnik News.
Ledakan bom yang terjadi pada hari Minggu Paskah di Sri Lanka menghancurkan 3 gereja dan 3 hotel di Kolombo dan 2 kota lainnya. Peristiwa ini disebut sebagai teror paling parah yang pernah terjadi di Sri Lanka dalam 10 tahun terakhir.