TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Sri Lanka menyalahkan kelompok lokal, National Thowheed Jamath (NTJ), salah satu kelompok teroris berbahaya di Asia, setelah serangan bom bunuh diri hari Minggu.
Ledakan bom yang menyasar hotel dan gereja itu menyebabkan 310 orang tewas, termasuk turis mancanegara menodai reputasi Sri Lanka pasca-perang saudara yang terjadi 30 tahun lalu.
Menurut Business Times, 23 April 2019, dalam konferensi pers yang digelar Menteri Kesehatan Sri Lanka, Rajitha Senaratne menuduh National Thowheed Jamath, salah satu kelompok radikal di Sri Lanka yang bertanggung jawab atas teror di Sri Lanka.
Penyelidik Senior mengatakan, setidaknya ada tujuh pelaku bom bunuh diri menghancurkan gereja dan hotel di Sri Lanka, menyebabkan 310 orang tewas dan ratusan luka.
Baca: Sri Lanka Bakal Usut Kegagalan Intelijen Cegah Teror Bom
Dua pelaku meledakkan diri di Hotel Shangri-La yang berada di tepi pantai Kolombo, ujar Ariyananda Welianga, perwakilan lembaga forensik senior pemerintah. Selain itu mengincar tiga gereja dan dua hotel lainnya. Hotel keempat, dan sebuah rumah di pinggiran kota Kolombo menjadi target, tapi tidak diketahui bagaimana pola penyerangan dilakukan.
Empat bom meledak hampir secara bersamaan, ledakan pada jam 08.45 pagi, dan diikuti dua ledakan yang terjadi setiap 20 menit. Ledakan tersebut terjadi pada hotel keempat dan sebuah rumah pada siang hari.
Uskup Agung Kolombo, Malcolm Ranjith melihat lokasi ledakan di dalam sebuah gereja di Negombo, Sri Lanka 21 April 2019. Serangan teror bom tersebut meledak di tiga gereja dan tiga hotel di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo. REUTERS/Stringer
Pemerintah Sri Lanka setidaknya mencatat korban tewas diantaranya 32 turis berasal dari berbagai negara, seperti Inggris, Amerika, Turki, India, Cina, Denmark, Belanda, dan Portugis.
Saat kejadian Presiden Marthipala Sirisena sedang berada di luar negeri. Kemudian dia menggelar pertemuan di Dewan Keamanan Nasional Senin lalu, yang dihadiri Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.
Baca: Trump Telpon PM Sri Lanka, Apa Pesannya?
PM Wickremesinghe mengakui bahwa pemerintah sudah mengetahui potensi ancaman yang terjadi mengenai serangan militan Muslim Sri Lanka, namun tidak disampaikan kepada menteri keamanan.
Menurut laporan Reuters, pemerintah Sri Lanka sudah mendapat laporan intelijen akan adanya ancaman dari kelompok Islamis lokal.
Laporan intelijen tertanggal 11 April, menyebut lembaga asing sudah memperingatkan pihak berwenang Sri Lanka atas serangan pada gereja oleh kelompok National Thowheed Jamath, meskipun tidak disebut langkah apa yang diambil setelah mendapat laporan ini.
BUSINESS TIMES | REUTERS | PANJI MOULANA