Pertemuan antara Presiden Megawati dengan Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin berlangsung pukul 15.00 waktu setempat. Dalam pertemuan 30 menit itu, selain bersama Menlu, Mega juga didampingi Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rini Soewandi dan Sekretaris Negara Bambang Kesowo. Semula pertemuan akan dibatalkan karena alasan padatnya jadwal Putin. "Namun, di saat terakhir staf Putin menelepon staf protokol KBRI, yang memberitahu pertemuan jadi diselenggarakan," ujar staf KBRI yang tak mau disebutkan namanya.
Pertemuan itu pada intinya membahas peningkatan hubungan bilateral. Selain di bidang ekonomi dan perdagangan, Rusia juga ingin meningkatkan hubungan kerja sama militer secara teknis. Mereka menyepakati masalah ini akan dibahas komisi bersama antara pejabat senior dan di tingkat menteri.
Walau ada kesamaan pandangan soal melawan terorisme, menurut Hassan, pembicaraan mereka tidak menyinggung masalah itu sampai detail. Ketika ditanya apakah Putin mengecam tindakan Amerika Serikat menyerang Afganistan, Hassan mengatakan Putin tidak secara spesifik mengecamnya. Menurut Hassan, pembahasan masalah terorisme sudah diselesaikan di tingkat menteri APEC dua hari lalu.
Deklarasi bersama antiterorisme akan diluncurkan 21 Oktober nanti bersama deklarasi APEC. Deklarasi itu semula akan dikeluarkan di tingkat kepala negara, tapi kemudian disepakati untuk dipisahkan dari dokumen APEC. Soalnya APEC adalah forum ekonomi yang tidak membicarakan soal politik. "Ini pengecualian, mengingat derajat penting masalah terorisme yang berhubungan dengan ekonomi," kata Hassan.
Pentingnya kampanye melawan terorisme dibahas dalam pertemuan APEC juga diungkap Mega saat berbicara di depan masyarakat Indonesia di Shanghai kemarin malam. Dalam acara itu, Mega mengatakan bahwa dalam pertemuannya dengan Presiden Zhiang Jemin, Presiden RRC itu telah memberitahu bahwa masalah yang akan dibahas dalam pertemuan APEC tidak hanya soal ekonomi. "Tapi juga tentang kebutuhan yang sedang top hit, yaitu terorisme," kata Mega.
Sedang dalam pertemuan antara Hassan dan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell sore harinya, Hassan mengungkapkan bahwa pemerintah AS sangat menghargai upaya keras pemerintah Indonesia melindungi kepentingan AS di Indonesia. (kurie Suditomo/Ant)