TEMPO.CO, Seoul – Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, mengatakan gagalnya pembicaraan damai dengan pemerintah Amerika Serikat bisa menaikkan resiko terjadinya ketegangan lagi di kawasan Semenanjung Korea.
Baca:
Namun, Kim mengatakan dia tertarik untuk bertemu lagi dengan Presiden AS, Donald Trump, jika negara itu datang dengan sikap yang tepat.
Mengutip berita dari media KCNA milik pemerintah Korea Utara, Channel News Asia melansir Kim bakal menunggu hingga akhir tahun hingga AS memutuskan untuk lebih fleksibel.
“Yang diperlukan adalah AS menghentikan caranya mengkalkulasi dan datang kepada kami dengan kalkulasi baru,” kata Kim dalam pidato di Majelis Tertinggi Rakyat pada Jumat, 12 April 2019 seperti dilansir KCNA.
Baca:
Kim mengatakan ini menanggapi pernyataan Trump sehari sebelumnya yang mengatakan dia bersedia untuk bertemu lagi dengan Kim.
Dalam pidato di majelis, Kim juga mengatakan hasil pertemuan di Hanoi, Vietnam, membuatnya bertanya mengenai strategi yang diadopsinya pada tahun lalu untuk melakukan hubungan internasional dan pembangunan ekonomi.
“Hasil pertemuan puncak di Hanoi menimbulkan pertanyaan kuat mengenai apakah langkah yang kami ambil terkait keputusan strategis sudah tepat,” kata Kim.
Dia juga bertanya apakah AS memang benar-benar ingin meningkatkan hubungan dengan Korea Utara.
Baca:
“Di Hanoi, AS datang degnan rencana yang sepenuhnya tidak bisa direalisasikan. Dan tidak siap untuk duduk berhadapan dengan kmi untuk menyelesaikan masalah,” kata dia.
“Dengan cara berpikir seperti itu, AS tidak bakal mampu bergerak maju satu sentipun meskipun kita duduk bersama ratusan hingga ribuan kali. Sehingga tidak bakal memperoleh apa yang diinginkan,” kata dia.
Seperti dilansir Reuters, Trump mengungkapkan keinginannya untuk bertemu lagi dengan Kim Jong Un saat dia menjamu Presiden Korea Selatan Moon Jae-in di Washington pada Kamis pekan ini.
Namun, Trump mengatakan dia akan tetap mengenakan sanksi ekonomi kepada Pyongyang meskipun bersedia untuk menggelar pertemuan puncak ketiga kalinya.
Baca:
Soal ini, Kim menanggapi bahwa,”Pemimpin AS meyakini secara keliru bahwa jika mereka menekan kami secara maksimal maka mereka bisa membuat kami takluk. Kebijakan AS untuk mengenakan sanksi dan tekanan kepada Korea Utara saat ini sama seperti menaruh minyak ke api.”
Namun, Kim Jon Un mengatakan bersedia menandatangani perjanjian dengan AS jika kepentingan kedua negara dipertimbangkan.