TEMPO.CO, Jakarta - Seorang laki-laki di India, 52 tahun, terpaksa harus menjalani amputasi di bagian ujung penisnya setelah mengalami ereksi dua hari berturut-turut. Kondisi ini diakibatkan menyebarnya kerusakan jaringan tisu pada ujung penis.
Identitas pasien laki-laki itu tidak dipublikasi. Dia diketahui mendatangi dokter seorang diri dan mengeluhkan rasa sakit yang terus menerus akibat ereksi tak henti-henti.
Baca: Pria Sering Berganti Pasangan? Awas Kanker Penis
Kondisi pasien itu, cukup parah setelah sebelumnya malpraktik hingga membuat darah mengering pada bagian dalam penisnya. Kecerobohan itu, juga membuat sebuah kateter tersangkut pada penisnya yang menyebabkan infeksi parah dan pasien berpotensi mengalami banyak kerusakan jaringan.
Walhasil, dokter yang menangani tak memiliki banyak pilihan selain mengamputasi ujung penisnya. Tidak dijelaskan seberapa banyak bagian ujung penis yang diamputasi itu.
Pasien tersebut tidak mengetahui apa yang telah diperbuatnya hingga mengalami kondisi seperti itu. Sejumlah ahli menekankan, ereksi yang terus-menerus atau lebih dari 48 jam merupakan sebuah kondisi darurat yang harus segera ditangani.
Baca: Pria Mandul, Ukuran Penisnya Lebih Pendek? Cek Penelitiannya
Kondisi yang dialami pasien ini terbilang langka dan diteliti oleh Fakultas Kedokteran Universitas King George di Lucknow, wilayah utara India. Kasus ini dipublikasi pada Maret lalu di Jurnal Kedokteran Inggris. Dalam jurnal itu ditulis, pasien tersebut mengalami priapism yakni istilah medis untuk menggambarkan kondisi ereksi yang menyakitkan dan terus-menerus.
Menurut Pusat Layanan Kesehatan India atau NHS, priapisme bisa disebabkan obat-obatan termasuk penyalahgunaan pemakaian obat yang seharusnya ditujukan untuk mengatasi disfungsi ereksi, seperti Viagra.
“Kami telah mengangkat kateter urinalnya. Pasien akan mengalami bercak hitam pada kelenjar penis serta sebuah bekas tanda yang cukup jelas,” kata Saqib Mehdi, dokter yang menangani kasus ini.
Setelah melakukan operasi pemotongan ujung penis, pasien tersebut sudah bisa buang air kecil secara normal. Mehdi memperingatkan agar setiap orang berhati-hati dalam penggunaan kateter dan penggunaan pakaian ketat karena dikhawatirkan bisa memicu kerusakan jaringan tisu seperti yang diderita pasien laki-laki itu.
Panji Moulana | Mirror | Sun