TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Jepang memberlakukan libur nasional selama 10 hari untuk merayakan penobatan putra mahkota Naruhito pada 1 Mei 2019. Keputusan libur dari tanggal 27 April hingga 6 Mei 2019 dihasilkan dalam rapat yang digelar di parlemen.
Keputusan libur itu ternyata tidak mendapat sambutan hangat dari semua warga Jepang. Sejumlah karyawan mengeluhkan lamanya libur penobatan kaisar baru. Alasannya, bagi karyawan yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, libur tidak menjadi masalah.
Baca: Warga Cina Persoalkan Penamaan Kekaisaran Jepang Setelah Akihito
Namun bagi pekerja kontrak, libur selama 10 hari akan berpengaruh pada penghasilan dan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, mereka akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena toko-toko dan pelayanan jasa juga tutup.
“Bagi keluarga yang bekerja dalam sektor pelayanan jasa, tutupnya pelayanan selama 10 hari adalah kepanikan," kata seorang warga Jepang lewat akun Twitter, seperti dikutip dari Guardian.
Baca: Ini Yang perlu Diketahui Tentang Kaisar Jepang Akihito
Survei yang diadakan koran Asahi Shimbun menyebutkan, 45 persen warga Jepang merasa tidak bahagia dengan panjangnya hari libur. Hanya sekitar 35 persen yang menyatakan bahagia libur selama 10 hari, seperti dikutip dari The Independent.
Meski panik dengan libur panjang, sejumlah warga Jepang bersiap terbang ke luar negeri untuk berlibur. Satu agen biro perjalanan menjelaskan, paket tur telah habis terjual tahun lalu. Dan saat ini masih banyak yang masuk dalam daftar tunggu.
THE INDEPENDENT | JAPAN TIMES | PANJI MOULANA