TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Laut Amerika Serikat merekrut tenaga IT profesional termasuk ilmuwan, insinyur, periset dan bahkan hacker untuk menghalau serangan drone.
Dikutip dari Sputnik, 3 April 2019, media pertahanan Defense One melaporkan, Pentagon berupaya mencegah serangan drone kecil komersial yang mudah dibeli namun bisa digunakan untuk menyerang.
Baca: Rusia Kembangkan Drone AK-47 yang Mematikan, Seperti Apa?
Angkatan Laut AS bekerja sama dengan Angkatan Darat AS, telah meluncurkan program inisiatif yang disebut Operasi JYN, dinamai dari Jyn Erso, karakter fiksi di Star Wars: Rogue One.
Kalashnikov, dalam situsnya, menyebutkan bahwa drone kamikaze KYB mempunyai beberapa keuntungan utama, yaitu sangat presisi, peluncurannya tersembunyi atau sulit dideteksi, operasionalnya senyap, dan mudah dioperasikan. en.kalashnikov.media
"Ini diperlukan untuk memungkinkan (Angkatan Laut) untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas kemajuan komersial teknologi sistem drone dan potensi untuk tujuan jahat terhadap fasilitas dan aset (Angkatan Laut)," menurut sebuah memo tertanggal 28 Maret oleh James 'Hondo' Geurts, yang bertanggung jawab atas akuisisi Angkatan Laut.
Baca: Drone Misterius Muncul, Bandara Dubai Ditutup Sementara
"Para pejabat Angkatan Laut bekerja sama dengan Defense Digital Service untuk menciptakan tim yang terdiri dari personel militer dan sipil yang sangat memiliki kemampuan teknologi tinggi untuk bekerja dalam ruang kolaboratif seperti startup untuk secara cepat mengembangkan produk-produk baru (kontra-drone) demi mengatasi perkembangan ancaman (Drone)," tulis Geurts, dikutip dari Defense One.
Baca: Diintai Drone, Bandara Gatwick di Inggris Ditutup
Ini adalah upaya AS untuk mengantisipasi serangan drone sipil, yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir, seperti kasus drone kecil yang menyebabkan penutupan di bandara utama di London, Newark dan Dubai.