TEMPO.CO, Jakarta - Balita berusia 3 tahun bernama Neihana Renata tak lagi ceria dan berceloteh. Bocah laki-laki asal Selandia Baru itu mengalami kelumpuhan setelah tersedak sepotong apel.
Dikutip dari mirror.co.uk, Selasa, 2 April 2019, ketika Renata berusia 22 bulan atau persisnya pada Mei 2016 keceriaan Renata hilang. Saat itu, terjadi insiden yang tak diduga berakibat fatal pada kesehatan dan hidupnya.
Apel mentah yang dikupas dan diiris, disajikan di sebuah dapur di pusat penitipan anak, tempat Renata dititipkan oleh ibunya yang bekerja. Apel yang sudah dipotong-potong itu diberikan ke semua anak di tempat penitipan itu.
Seorang guru melihat Renata tersedak, dia lalu mencoba menepuk-nepuk bagian dada Renata dan guru lain berusaha mengeluarkan potongan apel dari tenggorokannya. Diketahui pula seorang staf lain mencoba menepuk-nepuk bagian punggung balita tersebut. Namun seluruh upaya itu tidak berhasil dan tak lama kemudian Renata tidak sadarkan diri dan warga kulitnya mulai berubah.
Merasa nyawa Renata terancam, staf di pusat penitipan anak itu memutuskan memanggil ambulance. Renata dirawat di ruang perawatan intensif atau ICU selama dua bulan. Dia di diagnosa mengalami cerebral palsy dan hipoksia otak atau semacam kerusakan otak karena kurangnya oksigen yang dikirim ke otak.
Baca: Tips Parenting, Mengurangi Dampak Kebiasaan Menonton pada Balita
Neihana Renata tak lagi ceria dan berceloteh. Bocah laki-laki asal Selandia Baru itu mengalami kelumpuhan akibat tersedak sepotong apel. Sumber: Child forum/mirror.co.uk
Baca: Anak Sering Ajukan Pertanyaan Kritis tentang Tuhan, Ini Jawabnya
Sarah Alexander, dokter dari Jaringan Forum Pendidikan Nasional Anak Usia Dini, mengatakan Renata awalnya memang seorang balita yang aktif dan perkembangannya normal. Namun seperti anak pada usianya, dia belum memiliki susunan gigi yang lengkap, termasuk graham untuk mengunyah makanan.
"Kelumpuhan pada Renata saat ini membuat dia tak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan anak-anak seusia dia seperti bernyanyi, menggambar, memanjat pohon atau bahkan minum dari cangkir," kata Alexander.
Kondisi Renata yang berubah 180 derajat menjadi pukulan bagi ibunya. Nama ibu Renata tidak dipublikasi. Dia telah berhenti bekerja agar bisa merawat Renata sepenuhnya, apalagi putranya semakin rentan terkena infeksi paru-paru.
Dia menggambarkan, sebelum mengalami kelumpuhan Renata anak yang murah senyum, aktif dan sangat dicintai. Balita yang dulu suka berlari, menari dan bermain di luar rumah, sekarang menghabiskan hari-harinya di kursi roda.