TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa pembunuh Jamal Khashoggi diduga menerima pelatihan di Amerika Serikat. Laporan ini pertama kali diterbitkan di Washington Post, berdasarkan wawancara dari puluhan sumber anonim AS dan Arab Saudi, seperti dikutip dari Al Jazeera, 1 April 2019.
Menurut laporan tersebut beberapa anggota regu pembunuh menerima pelatihan dari Tier 1 Group, yang bermarkas di Arkansas.
Baca: Puluhan Negara Desak Arab Saudi Ungkap Pembunuh Jamal Khashoggi
Pelatihan mencakup kerja sama intelijen dan pertahanan antara Arab Saudi dan Amerika Serikat, yang mendapat izin di bawah Departemen Luar Negeri.
Namun sejak pembunuhan Jamal Khashoggi, pelatihan tidak dilanjutkan. Proyek yang bertujuan modernisasi dan menyediakan pelatihan bagi lembaga intelijen Saudi ditunda oleh Departemen Luar Negeri.
Baca: Kepolisian Turki Menduga Tubuh Jamal Khashoggi Dibakar di Oven
Proyek intelijen, yang dikembangkan oleh Culpeper National Security Solutions dengan bantuan dari beberapa mantan pejabat penting CIA, melibatkan Ahmed al-Assiri, wakil kepala intelijen Saudi yang sedang diselidiki oleh Arab Saudi atas dugaan keterlibatannya dalam pembunuhan Khashoggi.
15 anggota tim pembunuh jurnalis kawakan Arab Saudi, Jamal Khashoggi.[DAILY SABAH]
Menurut Washington Post, Tier 1 Group dan DynCorp dimiliki oleh afiliasi dari Cerberus Capital Management, sebuah grup investasi swasta di New York. Perusahaan tidak mengkonfirmasi atau menyangkal apakah salah satu dari 17 warga negara Saudi yang dijatuhi sanksi oleh AS sehubungan dengan pembunuhan Khashoggi, telah dilatih berdasarkan kontrak Tier 1.
Artikel itu mengatakan beberapa kemitraain ini sekarang ditangguhkan, dan masa depan hubungan antara AS dan Arab Saudi "ditunda", sambil menunggu jawaban dari Riyadh.
Baca: Terungkap, Percakapan MBS Berniat Tembak Mati Jamal Khashoggi
"Intinya adalah jika putra mahkota mengakui terlibat atas masalah ini dan menerima kesalahan atas tindakan pembunuhan yang dilakukan atas namanya, hubungannya dengan Amerika Serikat akan tetap terputus," tulis laporan tersebut.
Jamal Khashoggi, seorang kritikus Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS), memasuki gedung konsulat pada 2 Oktober 2018, untuk memperoleh dokumen yang diperlukan untuk pernikahannya. Dia terbunuh di dalam konsulat oleh tim operasi Saudi yang diduga telah direncanakan.
Hingga kini, tubuhnya belum ditemukan.
Baca: Ini Peran 15 Terduga Pembunuh Sadis Jamal Khashoggi
Pemerintah Arab Saudi telah mendakwa 11 tersangka yang tidak disebutkan namanya atas pembunuhan Khashoggi, termasuk lima orang yang menghadapi hukuman mati dengan tuduhan memerintahkan dan melakukan kejahatan.
Laporan CIA juga telah menyimpulkan bahwa Pangeran Mohammad bin Salman memerintahkan pembunuhan Jamal Khashoggi, namun para pejabat Arab Saudi menyangkal laporan tersebut.