TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus meyoroti masalah migran dalam kunjungannya ke Maroko, Sabtu, 30 Maret 2019. Migran adalah luka yang menjerit ke surga dan tidak pernah bisa disembuhkan dengan pengekangan fisik.
Paus Fransiskus akan berada di Maroko selama dua hari. Kunjungan ini juga ditujukan untuk mendukung upaya Raja Maroko Mohammed VI dalam menyebarkan dialog lintas agama dan menolak kekarasan atas nama Tuhan.
Dalam beberapa bulan terakhir migrasi atau perpindahan penduduk lintas negara telah meningkat. Kondisi ini telah menjadi perdebatan politik nasional di sejumlah negara Afrika bagian utara dan negara-negara Eropa serta Amerika Serikat.
"Masalah migrasi tidak akan pernah diselesaikan dengan meningkatkan hambatan, membuat orang ketakutan atau menolak bantuan dari mereka yang secara sah menginginkan kehidupan yang lebih baik untuk mereka dan seluruh keluarga," kata Paus Francis, dalam pidato kedatangannya ke Maroko, seperti dikutip dari reuters.com.
Baca: Ke Maroko, Paus Fransiskus Disambut Raja Mohammed VI di Bandara
Paus Fransiskus berkunjung ke Maroko [Morocco News]
Baca: Paus Fransiskus Teken RUU Lindungi Anak dari Pelecehan Seksual
Pemimpin umat Katolik itu menekankan konsolidasi adalah perdamaian yang sesungguhnya untuk menciptakan keadilan sosial. Ketidak seimbangan ekonomi dan kekacauan politik selalu menjadi faktor utama dalam membuat konflik menjadi besar dan mengancam kehidupan manusia keseluruhan.
Maroko telah menjadi salah satu negara incaran para migran asal Afrika untuk selanjutnya menyeberang ke Eropa. Para migran itu melarikan diri dari kekacauan yang menghalangi kebebasan mereka.
Paus Fransiskus sering membela para migran dan pengungsi dalam pidato utamanya. Paus asal Argentina itu sangat khawatir dengan nasib para migran dan negara-negara tujuan para migran diimbau untuk memahami kalau para migran itu terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka karena kemiskinan dan pergolakan politik.