TEMPO.CO, London – Anggota parlemen Inggris menolak proposal Brexit yang ditawarkan pemerintahan Perdana Menteri Theresa May. Dalam proses voting di DPR atau House of Commons, sebanyak 344 suara menolak dan 286 suara mendukung proposal kesepakatan dengan Uni Eropa.
Baca:
Proposal ketiga atau ada yang menyebut versi kedelapan ini merupakan versi yang lebih ringkas dari dua versi sebelumnya, yang juga telah ditolak parlemen Inggris. Gagalnya kesepakatan ini, yang ditolak parlemen Inggris pada sidang Jumat, 29 Maret 2019.
“Ini artinya, Inggris ada kemungkinan meninggalkan blok Uni Eropa pada 12 April 2019 tanpa memiliki kesepakatan apapun,” begitu dilansir Aljazeera pada Jumat, 29 Maret 2019. “Kecuali pemerintah menegosiasikan perpanjangan tanggal keluarnya Inggris dari Uni Eropa.”
Baca:
PM Theresa mengatakan dia sangat menyesalkan gagalnya persetujuan parlemen atas proposal kesepakatan yang dibuat dengan Uni Eropa. Menurut dia, ada implikasi serius dari kondisi ini yaitu Inggris bakal meninggalkan Uni Eropa pada 12 April 2019.
“Saya merasa khawatir kita telah mencapai batasan dari proses ini di DPR,” kata May. Menurut dia, proses ini akan dilanjutkan pada Senin, 1 April 2019. “Untuk melihat jika ada dukungan mayoritas untuk versi alternatif mengenai hubungan masa depan kita dengan UE.”
Soal ini, pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mendesak May agar mengundurkan diri.
Baca:
“DPR telah jelas sikapnya. Kesepakatan ini harus berubah sekarang, harus ada alternatif. Jika Perdana Menteri tidak dapat menerima ini, maka dia harus berhenti,” kata Corbyn. Menurut dia, DPR masih bisa mencari kesepakatan yang bisa mendapat dukungan mayoritas dari Partai Buruh dan Partai Konservatif, yang mendukung PM.
CNN melansir Steve Baker, yang merupakan pendukung anggota parlemen pro-Brexit yang tergabung dalam European Research Group ikut menyuarakan May agar mundur. “Saya harap pemimpin baru bisa menyampaikan kesepakatan penarikan diri dari UE yang bisa diterima parlemen,” kata dia.