TEMPO.CO, Jakarta - UNICEF mengatakan sekitar 40 anak-anak tewas dan 3.000 lainnya terluka selama satu tahun peringatan demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel.
"UNICEF berulang kali meluapkan kemarahannya karena jumlah anak yang terbunuh semakin tinggi akibat konflik bersenjata 2018," kata Greert Cappelaere, Direktur UNICEF untuk kawasan Timur Tengah.
Baca: Tenaga Medis Palestina Tewas Diduga Ditembak Militer Israel
Dikutip dari Al Arabiya, pada Jumat, 29 Maret 2019, Greert meminta kedua belah pihak untuk tetap memastikan anak-anak tidak menjadi sasaran
"Mengeksploitasi anak-anak yang tidak tahu apa-apa dan rentan, atau melibatkan mereka ke dalam kekerasan adalah pelanggaran terhadap hak-hak anak," katanya.
Setiap minggunya ribuan warga Palestina berkumpul di sepanjang perbatasan untuk protes yang berujung bentrokan dengan tentara Israel.
Petugas bersiap melakukan perawatan pada seorang anak Palestina yang karena terkena gas air mata saat melakukan aksi protes di Beit Lahiya, perbatasan Gaza, 14 Mei 2018. AP
Para demonstran menyerukan agar Israel mencabut blokade yang telah melumpuhkan Gaza selama sepuluh tahun terakhir.
Selain itu, para demonstran menuntut supaya para pengungsi diizinkan untuk kembali ke rumah keluarganya yang melarikan diri sejak akhir 1940-an.
Baca: Ibu Kota Israel Diroket, Angkatan Udara IDF Bombardir Gaza
Sejauh ini, total 258 warga Palestina tewas sejak protes dimulai dan sebagian besar tewas selama bentrokan di perbatasan. Dalam bentrok ini dua tentara Israel juga tewas.
Israel berdalih mereka terpaksa mempertahankan perbatasan dan menuduh Hamas yang mengatur bentrokan selama demonstrasi.
Pernyataan UNICEF menyusul pertempuran antara Hamas dan Israel pekan ini, ketika serangan roket dari Jalur Gaza menghantan ibu kota Israel yang dibalas dengan serangan udara.
MUHAMMAD HALWI | AL ARABIYA