TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyidik yang melakukan investigasi jatuhnya Ethiopian Airlines 302 telah mencapai pada sebuah kesimpulan awal bahwa sistem anti-stall atau anti-jatuh pada tubuh pesawat tidak aktif sebelum burung besi buatan Boeing itu menghantam bumi.
Sumber di pemerintah Amerika Serikat mengatakan tim penyidik keamanan terbang Amerika Serikat telah mengevaluasi data dari dua kotak hitam Ethiopian Airlines 302 dan empat penyidik sudah diberi tahu akan hal ini pada Kamis, 28 Maret 2019. Kesimpulan awal diharapkan bisa disampaikan secara resmi pada awal pekan depan.
Dikutip Reuters, Jumat, 29 Maret 2019, Pesawat Ethiopian Airlines 302 jatuh pada 10 Maret 2019 dan menewaskan 157 penumpang dan awak pesawat. Kecelakaan terjadi tak lama setelah pesawat lepas ladas dari ibu kota Addis Ababa untuk menuju Nairobi, Kenya.
Baca: Boeing Akan Pasang Sofware Baru di Pesawat 737 MAX
Puing-puing pesawat Lion Air JT-610 rute Jakarta - Pangkal Pinang. Investigasi terbaru mengungkap detik-detik terakhir sebelum pesawat Lion Air Boeing 737 MAX jatuh pada 29 Oktober 2018. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Baca: Lion Air Jatuh, Pilot AS Klaim Boeing Lalai Beritahu Fitur Baru
Pesawat Ethiopian Airlines 302 memiliki tipe yang sama dengan Lion Air JT 610 yang jatuh ke laut pada Oktober 2018 lalu, yakni Boeing 737 MAX. Pesawat Lion Air diduga jatuh kaena sistem anti-stall atau yang disebut MCAS.
Pada Rabu kemarin, 27 Maret 2019, Boeing Co mengungkapkan rencana menanam software untuk mencegah musibah serupa terjadi kembali, khususnya pada sistem operasi yang selama ini menjadi sumber kekhawatiran.
Kementerian Kehakiman Amerika Serikat menekankan saat ini pihaknya sedang menyelidiki proses perkembangan kasus ini dan hal yang disebut Boeing sebagai sistem anti-stall atau MCAS. Sedangkan Kementerian Transportasi Amerika Serikat pada Senin, 26 Maret 2019 mengatakan sebuah komisi sudah ditunjuk untuk mengevaluasi bagaimana Badan Penerbangan Amerika Serikat atau FAA mensertifikasi sebuah pesawat baru.