TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok sayap kanan di Austria Gerakan Identitas diduga menerima aliran dana dari terduga pelaku penembakan massal di Christchurch, Selandia Baru.
Kepala Gerakan Identitas Austria, Martin Sellner, diduga telah menerima uang sekitar 1.500 euro atau sekitar Rp 24 juta pada awal 2018. Uang itu diterima dari seorang donor dengan nama yang sama dengan terduga pelaku penembakan massal di Christchurch pada 15 Maret 2019.
Saat dikonfirmasi mengenai hal ini, Sellner menolak memberikan pernyataan kepada wartawan. Dia hanya mengunggah dua rekaman video ke YouTube yang menjelaskan dia menerima uang sumbangan dan sepucuk email yang cocok dengan nama terduga pelaku penembakan massal di Christchurch yang seorang warga negara Australia.
Baca: Gadis Cilik 4 Tahun masih Kritis pasca Teror di Selandia Baru
“Saya bukan anggota organisasi teroris. Saya tidak ada urusan dengan orang ini, selain saya secara pasif menerima uang sumbangan darinya,” kata Sellner.
Menurut Sellner, pihaknya menerima uang donasi dari terduga pelaku penembakan di Christchurch pada awal 2018. Uang itu lalu disumbangkan pada sebuah yayasan sosial.
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern memeluk seorang wanita Muslim saat bertemu dengan perwakilan komunitas Muslim di Christchurch, Selandia Baru, 16 Maret 2019. Tampil dengan berkerudung, Jacinda memberikan dukungannya kepada keluarga korban penembakan di dua masjid di Kota Christchurch yang menewaskan 49 orang. Foto: 9News
Kepolisian Austria telah menggeledah rumah Sellner atas dugaan keterkaitannya dengan pelaku penembakan massal di Christchurch. Gerakan Identitas di Austria relatif baru. Media setempat menyebut gerekan itu menggunakan internet untuk mempromosikan tindakan-tindakan mereka di jalan.
Baca: Pelaku Serangan Teror di Selandia Baru Terkait Grup di Austria
Gerakan Identitas mengkopi taktik-taktik kelompok kemapanan seperti Greenpeace. Pada 2017, Gerakan Identitas membantu menyewa sebuah kapal sebagai bagian dari kampanye untuk mempertahankan Eropa dan mencoba menghentikan para imigran yang meyebrangi Laut Mediterania dari Libya.
Kepolisian Selandia Baru mengatakan tim penyidik telah membuat banyak permintaan ke otoritas di penjuru Selandia Baru maupun ke dunia internasional. Namun mereka menolak memberikan informasi detail permintaan informasi apa yang dimaksud.