TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Spanyol menolak permintaan presiden Meksiko yang menuntut meminta maaf karena menjajah negaranya lima ratus tahun lalu.
Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, seorang sayap kiri Meksiko, melayangkan surat kepada Raja Spanyol King Felipe VI dan Paus Fransiskus, agar mereka meminta maaf kepada orang-orang pribumi Meksiko.
Baca: Bersalah Korupsi, Ipar Raja Spanyol Serahkan Diri Masuk Penjara
"Ada pembantaian dan penindasan. Yang disebut penaklukan itu dilakukan dengan pedang dan salib. Mereka membangun gereja-gereja mereka di atas kuil," kata Lopez Obrador dalam sebuah pesan video, seperti dikutip dari The Telegraph, 27 Maret 2019.
Labrador merekam pesan video di monumen peringatan suku Maya atas perang pertama melawan penakluk Spanyol Hernan Cortes melawan pribumi lima ratus tahun lalu.
Keluarga Kerajaan Spanyol saat Raja Spanyol Felipe VI bersiap menuju pelantikan(kedua dar kiri) di La Zarzuela Palace di Madrid, 19/6. REUTERS / Zipi / Pool
Beberapa jam setelah pesan pemimpin Meksiko diunggah ke media sosial, pemerintah Spanyol mengeluarkan pernyataan yang menyayangkan pernyataan Lopez Obrador.
"Kedatangan orang Spanyol di tempat yang sekarang adalah tanah Meksiko 500 tahun yang lalu tidak dapat dinilai berdasarkan pemikiran kontemporer. Rakyat kita selalu dapat menafsirkan masa lalu kita bersama tanpa kemarahan dan dengan perspektif yang konstruktif. Ada ikatan kasih sayang antara orang Spanyol dan Meksiko," balas pemerintah Spanyol
Lima abad silam, Hernan Cortes memulai penaklukan dari pesisir Tabasco dan dibantu oleh kelompok pribumi setempat. Cortes memimpin skuadron tempurnya di Tenochtitlan (yang sekarang adalah Mexico City), dan menang dua tahun kemudian pada 1521. Kemudian kerajaan Aztec hancur dan seluruh penduduk pribumi beralih memeluk Kristen.
Baca: Raja Spanyol Dinobatkan tanpa Perjamuan
Di depan pendukungnya, Lopez Obrador menatakan ingin mendamaikan Meksiko, Kerajaan Spanyol dan Vatikan, dengan melihat kembali sejarah invasi dan tiga abad kolonisasi.
Lopez Obrador mengatakan ingin mengubah interpretasi Spanyol bahwa peristiwa 500 tahun lalu di Meksiko sebagai pertemuan dua budaya, karena menurutnya itu adalah pembunuhan pribumi Meksiko.