TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 6 persen mahasiswa pernah berusaha ingin bunuh diri. Hal itu terungkap lewat sebuah riset yang dilakukan oleh Universitas Chulalongkorn, Thailand yang dilakukan pada mahasiswa di Negara Gajah Putih maupun luar negeri.
"Mahasiswa yang mengalami depresi dalam tiga tahun sampai empat tahun terakhir bisa disimpulkan sekitar 6,4 persen berakhir dengan bunuh diri atau upaya untuk mengakhiri hidup mereka," kata Piyawan Visessuvanapoom Asisten Profesor Fakultas Pendidikan Universitas Chulalongkorn, Thailand.
Dikutip dari asiaone.com, Kamis, 21 Maret 2019, dari riset itu ditemukan sebagian besar mahasiswa ingin melakukan bunuh diri di rumah atau asrama mereka. Pemicu utama tindakan bunuh diri adalah pertengkaran dengan kawan dekat, masalah pelajaran dan hubungan asmara.
Baca: Kisah Ayah dan Anak Bunuh Diri di Tempat yang Sama
Menurut Piyawan, masalah kesehatan, gelisah, stres, hubungan yang buruk dengan orang tua dan teman juga berpengaruh pada depresi. Separuh dari kehidupan mahasiswa itu tentang pelajaran dan dosen bisa memainkan peran besar dalam mencegah seseorang jatuh dalam depresi. Para dosen diminta untuk memahami bahwa mahasiswa itu beragam.
"Ketika sekelompok mahasiswa tidak bisa melakukan sesuatu, cobalah untuk memahami mereka dan melihat bagaimana Anda bisa menolong," kata Nattasuda Taephant, Asisten Profesor yang juga Kepala Pusat Kesehatan Psikologi.
Baca: Seorang Perempuan di Ciputat Bunuh Diri dengan Cara Bakar Diri
Menurut Nattasuda, jika seseorang mengalami kesedihan berkepanjangan, maka orang tersebut bisa terperosok dalam depresi. Nilai akademik yang rendah, masalah keuangan, hubungan asmara atau pertemanan yang memburuk atau kehilangan yang tiba-tiba, semua itu bisa berpengaruh pada hidup seorang mahasiswa dan mendorong mereka dalam depresi.
Para mahasiswa yang mengalami depresi cenderung menjauhkan diri dari pergaulan, kehilangan minat pada pelajaran dan muncul dorongan untuk bunuh diri. Yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang depresi adalah orang yang mau mendengarkan dan peduli pada mereka. Orang tua khususnya, dihimbau tidak memberikan komentar yang tidak terima atas segala kesalahan yang dibuat anak mereka.